I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tujuan utama bertenak lebah madu adalah untuk memperoleh
madu. Madu adalah bahan manis nomor satu bagi manusia dan karena itulah manusia
zaman dulu tertarik akan sarang lebah. Istilah memburu madu lebah liar masih
sering terdengar hingga kini, hampir diseluruh nusantara kita. Surplus madu
dapat dipanen dari sarang lebah, tetapi sebagian harus ditinggalkan bagi lebah.
Sewaktu musim hujan panjang atau nectar bunga jarang, lebah akan membutuhkan
persediaan madu.
Pemanenan dimulai dari penyingkiran
tutup sel-sel sarang yang mengandung sekitar sepertiga madu dari sisiran. Tutup
sel-sel sarang yang disingkirkan harus ditemukan kembali madu dan dalam proses
pemanenan tersebut harus tanpa merusak aroma dan warna, serta lilin sarang harus
diperoleh kembali. Ada empat cara untuk mengeluarkan madu dari tutup sel-sel
sarang yakni mencairkan dan mengapungkan (melting
and flotation), menapis (draining),
memusing (spinning) atau memeras (squeezing).
Pencairan (pelelehan) adalah alat
yang terbanyak digunakan, namun agak lama menghilangkannya. Tutup sel-sel
dilelehkan dan madu serta lilin yang luluh membentuk lapisan dan disedot.
Pengoprasian pelelehan yang tidak tepat dapat merusak madu oleh panas yang
tinggi.
Menapis (draining) adalah cara paling sederhana untuk menangani tutup
sel-sel dalam jumlah kecil namun cara
ini tidak cocok bagi usaha besar. Tutup sel-sel ditaruh dalam wadah atau
kantong berlobang-lobang dan dibiarkan tersaring. Lilinya kemudian harus
dilelehkan selanjutnya diproses.
Berdasarkan
asal cairan yang diambil oleh lebah madu terdapat tiga (3) macam jenis madu,
yaitu :
- Madu nectar
- Madu embun ( Honey
dew)
- Madu tiruan (Artificial
honey)
Madu nectar
berasal dari nectar. Nectar dipecah oleh enzim-enzim menjadi gula alami. Di
dalam sel sarang nectar akan diangini (fanned) dan diuapkan. Untuk mempercepat
evaporasi, lebah menggunakan lidahnya untuk menyebarkan nectar sampai mirip
dengan selaput tipis sehingga permukaannya lebih luas. Hasil akhir dari proses
yang berlangsung secara naluriah ini adalah madu.
Honey dew, beberapa jenis insekta dari ordo Rynchota (Homoptera)
mempunyai bagian-bagian mulut yang telah beradaptasi untuk menusuk atau
menembus jaringan-jaringan tanaman dan mengalirkan kelenjar ludah yang
mengandung enzim-enzim ke luka yang tertusuk. Insekta-insekta ini menyedot
cairan tanaman ke dalam sebuah kantong khusus dengan bantuan tekanan dari
tumbuhan itu sendiri dan daya hisap dari suatu sistem pompa aktif dalam tubuh
insekta. Karbohidrat cairan tumbuhan akan diubah oleh enzim-enzim air ludah dan
senyawa-senyawa pengandung nitrogen dan oleh mikroorganisme. Hasil akhir
diseksresikan dalam bentuk cairan yang disebut honey dew (embun madu). Produk
dari lebah selain madu adalah malam (wax),
polen, propolis, royal jeli, bibit lebah madu, apitoxin (bee venom), eraman larva
B. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah
mengetahui pemanenan lebah dan produk-produk apa saja yang dihasilkan dari
pemeliharaan lebah.
II. MATERI
DAN METODE
A. Materi
Alat-alat
yang digunakan pada saat praktikum apikultur adalah topi penutup kepala dan
muka, kamera, lup, dan alat tulis.
Bahan-bahan yang
digunakan pada saat praktikum apikultur adalah macam-macam hasil pengolahan
produk lebah madu lokal.
B.Metode
1. Melihat dan
mengamati tempat budidaya lebah.
2. Mencatat
hasil produk lebah madu dan mendokumentasikan.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil


Gambar 1. Madu Gambar
2. Propolis


Gambar 3.
Malam lebah Gambar 4. Royal jelly
B. Pembahasan
Pengamatan
kami pada lebah milik Pak Yunus belum dapat mengahasilkan madu dikarenakan
musim penghujan yang mengakibatkan jumlah nektar sedikit. Hanya propolis saja
yang dihasilkan. Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar sewaktu
musim tumbuhan berbunga. Sewaktu nectar dikumpulkan oleh lebah pekerja dari
bunga, bahan tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga gula (sukrosa)
tinggi. Setelah lebah mengubah nectar menjadi madu, kandungan air jadi rendah
dan sukrosa diubah menjadi fruktosa (gula buah; levulosa) dan glukosa (dekstrosa).
Air
disingkirkan melalui evaporasi. Lebah pekerja meminum madu dan memuntahkannya
kembali sambil menambah enzim yang disebut enzim invertase. Madu yang telah matang
mengandung rendah air (17%) dan tingginya gula fruktosa.
Ø Asam dalam madu
Ciri
rasa dan aroma madu sebagian disumbang oleh asam-asam yang dikandungnya,
sumbangan lain adalah perlindungan terhadap mikroorganisme (pH madu 3,91).
Paling sedikit ada 11 jenis asam yang diketahui terdapat dalam madu dan
kemungkinan masih ada tambahan tujuh lagi terdapat dalam madu.
Keasaman
madu ditentukan oleh disosiasi ion hydrogen dalam larutan air, namun sebagian
besar juga oleh kandungan berbagai mineral (antara lain Ca, Na, K) dan madu
yang kaya akan mineral pH-nya akan tinggi.
Ø Warna madu
Zat
penyebab warna madu sebagian besar belum diketahui, namu ada yang menduga
terdiri dari fraksi yang larut air dan larut lemak. Madu berwarna cerah warna
oleh zat larut air lebih sedikit dari tang larut lemak. Ada juga yang
beranggapan dari berbagai senyawa polifenol, terutama pada madu yang berwarna pekat. Oksidasi yang
berlangsung dari zat-zat ini akan semakin menimbulkan warna. Warna yang timbul
pada madu yang tersimpan lama disebabkan oleh kombinasi beberapa factor,
misalnya gabungan tannat dan polifenol lain-lain dengan zat besi dari kemasan
atau alat pengolah, reaksi dari gula tereduksi dengan senyawa mengandung
nitrogen asam amino. Ketidakstabilan fruktosa dalam larutan asam. Madu cerah
hampir tak mengandung tirosin dan triptofan sedang pada warna madu pekat
sebaliknya.
Ø Aroma
madu
Rasa madu disebabkan
oleh kandungan gula, asm glukonat dan prolin, pada hal madu dengan rasa
spesifik tak terhitung banyaknya variasi penyebab rasa tersebut seperti oleh
berbagai glukosida dan alkaloid yang khas bagi tumbuhan sumber nectar. Aroma
mencolok pada madu berasal dari nectar jeruk sitrun disebabkan oleh methyl
anthranilate (MA) yang mesti terdapat hanya sedikit sekali.
Ø Vitamin
dalam madu
Beberapa vitamin
larut-air terdapat dalam madu antara lain B1 (tiamin), riboflavin (B2),
piridoksin (B6), asam pantotenat, niasin, dan asam askorbat, namun vitamin lain
seperti biotin, asam folat, kholin dan asetil kholin terdapat juga dalam madu.
Royal
jelly
Royal jelly berbentuk
seperti cairan kental, cenderung seperti krim, yang berwarna putih susu, berbau
tajam, dan memiliki rasa asam dan pahit. Yang membedakan royal jelly dengan
produk perlebahan lainnya adalah karena royal jelly tidak dikumpulkan dari luar,
melainkan merupakan hasil metabolisme tubuh lebah. Royal jelly berada di
kelenjar hipofaring (di bagian kepala) lebah perawat. Royal jelly, atau susu
lebah, merupakan bahan makanan seluruh larva yang ada di koloni lebah, baik
larva lebah pekerja maupun larva ratu lebah. Tetapi, setelah dewasa, lebah
pekerja berhenti memakan royal jelly, sedangkan ratu lebah tetap
mengonsumsinya.
Secara genetik, telur
ratu lebah identik dengan telur lebah betina lainnya. Tetapi lebah pekerja
(betina) hanya mengonsumsi royal jelly selama tiga hari pada fase larva,
sementara ratu lebah mengonsumsi royal jelly sepanjang hidupnya. Royal jelly
membuat ratu lebah memiliki banyak keunggulan dibandingkan lebah betina
lainnya, yaitu ratu lebah berusia 40 kali lebih lama dibanding lebah pekerja
(4-6 tahun dibandingkan 5-6 minggu), dan dapat menghasilkan telur hingga 2,000
telur per harinya, sementara lebah betina yang lain tidak menghasilkan telur
atau mandul.
Royal jelly memiliki
sifat antioksidan. Secara fisik, royal jelly mudah rusak sehingga harus
disimpan dalam keadaan beku atau dicampur dengan madu. Bila rusak, royal jelly
akan kehilangan kandungan nutrisi pentingnya, seperti:
Ø Protein
dan asam amino yang merupakan komponen terbesar dalam royal jelly.
Ø Asam
lemak esensial. Asam lemak yang paling banyak terkandung dalam royal jelly
adalah 10-HDA (trans-10-hydroxy-2-decenoic acid). Hingga kini belum ditemukan
produk alami lain yang memiliki kandungan 10-HDA, tidak juga pada hasil lebah
lainnya.
Ø Vitamin
B kompleks, seperti: B1, B2, B6, B12, biotin, asam folat dan inositol. Selain
itu juga kaya akan kandungan vitamin B5 atau asam pantotenat, yang dikenal akan
khasiatnya untuk mengurangi tingkat stress.
Ø Asetilkolin
Ø Enzim,
seperti glukosa oksidase, fosfatase, dan kolinesterae.
Ø Gula, seperti fruktosa dan glukosa.
Ø Mineral, seperti: kalium, kalsium, natrium, zink, besi,
cuprum, dan mangan.
Ø Gamma
globulin.
Ø Gelatin.
Malam
Malam
(Lilin lebah, Wax); Penggunaan malam tidak terbatas pada bidang industri lilin
saja, tetapi dapat digunakan untuk industri antara lain kosmetik dan teknik.
Propolis
Propolis
adalah bahan rekat atau dempul bersifat resin yang dikumpulkan oleh lebah
pekerja dari kuncup, kulit, atau bagian lain dari tumbuhan. Dalam sarang
digunakan untuk menutup celah, retakan, memperkecil lubang pintu masuk.
Kandungan kimia dalam propoplis antara lain: zat aromatik, zat wangi, zat
antibiotik, mineral. Dimanfaatkan sebagai obat, tapal gigi, luka usus, dll.
Apitoxin
(bee venom)
Apitoxin
adalah racun atau bisa lebah yang dihasilkan lebah madu (Apis mellifera, Apis
cerana, Apis dorsata) dari jenis lebah pekerja. Apitoxin mengandung senyawa
kimia antara lain: triptofan, kolin, gliserin, asam fosfat, asalm falmitat,
asam lemak, apramin, peptida, enzim, hystamin dan mellitin. Kandungan tertinggi
adalah protein 20% (Apis mellifera). Protein yang terutama adalah mellitin.
Senyawa yang ada tergolong mirip dengan senyawa yang diproduksi oleh tubuh
manusia, kecuali mellitin yang dihasilkan khusus oleh lebah yang memiliki
aktivitas anti bakteri yang kuat dan tahan terhadap penisilin serta anti
reumatik. Manfaat sengatan lebah untuk penyembuhan beberapa penyakit antara
lain: reumatik, sakit kepala, salah urat, tekanan darah tinggi/rendah,dll.
Kontra indikasinya adalah penyakit jantung dan TBC.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan sebagai berikut :
- Koloni
lebah pada tempat pengamatan belum dapat dipanen dikarenakan musim yang
mengakibatkan berkurangnya nectar dan polen.
- Jenis
produk yang dipanen adalah madu, propolis, malam, royal jelly, pollen, dan
lain sebagainya.
DAFTAR
REFERENSI
Anonimous. 2010. http://www.ternak.lebah.com.
Diakses pada tanggal 25 Oktober 2010.
Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah
Mada University Press, Yogyakarta.
Siswowijoto, A. 1991. Bahan Kuliah Lebah Madu (Apis cerana L.). PAU Bidang Hayati ITB,
Bandung.
Widhiono, I. 1997. Pengamatan Tingkah Laku Lebah Pekerja
dalam Kondisi Tanpa Ratu. Laporan Penelitian, Unsoed, Purwokerto.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar