A. JUDUL PROGRAM
Judul usulan kegiatan ini adalah Pembuatan
Bibit Induk Jamur Kalosibe (Calocybe indica) Menggunakan Beberapa Jenis Biji-bijian
B. LATAR
BELAKANG
Milky mushroom (Calocybe
indica) merupakan jamur yang berpotensial untuk dibudidayakan. Jamur ini mempunyai
tubuh buah tebal, berwarna putih susu, dan mempunyai basidiocarp seperti payung
mirip jamur kancing. Spesies ini cocok di daerah beriklim tropis, dan dapat
dikultivasi di dalam ruangan dengan temperatur dan kelembaban tinggi. C.
indica tumbuh baik
pada kisaran temperatur 25-35⁰C dan dengan kelembaban relatif
80%. Milky mushroom dapat dikultivasi sepanjang tahun diseluruh daratan India
(Vuatkerala, 2010).
Adapun klasifikasi dari C. indica yaitu:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycetes
Class : Agaricomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomataceae
Genus : Calocybe
Spesies : C.
indica
C.
indica merupakan spesies mushroom yang ditemukan pertama kali di India pada tahun 1974. Jamur ini mempunyai
sporocarp putih susu, siklus hidup panjang, kandungan protein tinggi dan
kultivasi yang luas. Studi tentang sporocarp mentah dari C. indica mengandung 17.69% protein dan
sebelas asam amino antara lain alanin, asam aspartat, glutamin, glycin,
hydroxyprolin, tyrosin, prolin, histidin, lysin, threonin and valin. Jamur ini
juga mengandung 4,1% lemak, 3,4% serat, dan 64,26% karbohidrat. Sporocarp masak
mengandung 4,0% gula terlarut, 2,7% tepung kanji, dan 7,43% abu (Doshi, 1988).
Strain baru C. indica dikenalkan
pada tahun 2001. Substrat ampas tebu merupakan salah satu substrat untuk
miselia jamur. Selama pengamatan pembentukan tubuh buah C.
indica yang baik yaitu di Laboratorium Mushroom di AREU (Futty, 2003).
Teknologi kultivasi C. indica cukup sederhana, dengan biaya
yang murah dan tidak membutuhkan kompos yang khusus. Proses kultivasi mirip
jamur tiram, tetapi ada beberapa proses tambahan lain. Mushroom dapat dipanen
sekitar 24-28 hari setelah berkembang, dan total siklus panen 45-50 hari.
Umumnya, milky mushroom mempunyai siklus hidup lebih panjang 3-5 hari
dibandingkan kultivasi spesies lain. Milky mushroom dapat dikultivasi dalam
substrat yang ruangannya lebar, jerami padi, tangkai maizena (sejenis tanaman jagung),
tangkai gandum, tangkai millet, rumput palmarosa, rumput fetiver, tangkai
kedelai, tangkai kacang tanah, dll. Akan tetapi, tangkai padi adalah substrat
yang paling baik (Vuatkerala, 2010).
Bibit
jamur merupakan calon individu jamur, baik bibit induk maupun bibit siap tanam.
Oleh karena itu perlu diperhatikan media tumbuhnya. Media tumbuh sangat
menentukan pertumbuhan yang baik dari bibit yang berupa miselia jamur. Syarat
lain dari media tumbuh ini adalah murah, mudah didapat, dan mudah disiapkan
(Sinaga, 2000).
Kualitas bibit merupakan salah
satu sarana yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya jamur. Bibit harus berasal
dari biakan murni, bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat-sifat genetik
unggul sehingga mampu memberikan hasil yang optimal (Utik, 2007). Mengingat hal
tersebut maka pembuatan bibit jamur C.
indica baik bibit induk maupun bibit siap tanam harus memiliki standar mutu
tertentu yang mampu menjamin keberhasilan budidaya jamur tersebut.
Menurut
Gunawan (2004), keuntungan penggunaan media bibit dari biji-bijian, yaitu
miselium jamur dapat tumbuh dengan cepat. Akan tetapi, kandungan gizi yang
tinggi pada biji-bijian juga dapat memudahkan tumbuhnya organisme kontaminan
untuk tumbuh, sehingga bibit lebih mudah terkontaminasi.
Proses
pembuatan bibit induk jamur C. indica ini menggunakan tiga jenis biji yaitu biji padi,
gandum dan jagung. Biji padi mempunyai ukuran 3-15 mm. Penggunaan media
bibit jamur dengan menggunakan biji padi bertujuan sebagai tempat tumbuhnya miselia
dan sumber nutrisi terutama sumber C (Suriawiria, 1986). Biji gandum selain kaya akan karbohidrat dan
protein dalam setiap 100 g gandum terkandung 3,1 mg zat besi dan 36 mg kalsium.
Biji gandum berbentuk oval dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm (Purseglove, 1972). Jagung kuning
mengandung zat nutrisi 86% bahan kering, 4% ekstrak ether, 2,2% serat kasar,
8,9% protein kasar, energy metabolis (ME) 3321 kkal, dan vitamin A 2719 IU per
kilogram ransum. Kriteria benih ukuran besar ialah biji-biji yang tidak dapat
melewati saringan dan mempunyai ukuran lebar > 8 mm, sedangkan benih ukuran
kecil ialah biji-biji yang lolos saringan dan mempunyai ukuran lebar ≤ 8 mm
(Arief et al., 2004).
Penggunaan
sumber inokulum yang berbeda pada beberapa jenis media bibit kemungkinan akan
berpengaruh terhadap kemampuan produktivitas jamur. Perbedaan kandungan nutrisi
pada tiap jenis media bibit akan mempengaruhi metabolisme jamur itu sendiri.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan jamur untuk memanfaatkan kandungan
nutrisi yang terdapat dalam bahan tersebut untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan
miselium pada media bibit sangat ditentukan oleh bahan dasar yang digunakan,
kandungan air, dan bahan-bahan lain yang ditambahkan pada media tersebut. Hara
tambahan yang ditambahkan dalam media seperti dedak dan kapur dapat mendukung
pertumbuhan miselia jamur. Menurut Soedirdjoatmodjo (1986) dedak halus yang
didapatkan dari pecahan beras dan menir mengandung vitamin B dan berguna
sebagai pupuk. Penambahan kapur pada media bibit berguna untuk mempercepat
proses pembusukan dan mempertahankan suhu media sehingga senyawa-senyawa yang
terkandung dalam media dapat lebih mudah diserap oleh miselium jamur (Genders,
1986).
Jamur kalosibe (C. indica) merupakan spesies dari Edible
Mushroom yang masih baru dan belum dibudidayakan, padahal kandungan nutrisinya
cukup tinggi dan teknologi kultivasinya sederhana. Selain
itu, jamur ini mampu berproduksi cukup baik dan mempunyai harga pasar yang mampu
bersaing di antara mushroom yang lain. Oleh
karena itu perlu dibuat media bibit induk sebelum ke tahap budidayanya.
C. PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat
diambil perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh ukuran dan nutrisi biji terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica)?
2. Media biji
apakah yang dapat menghasilkan pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica) yang optimal?
D. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan
program ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh
ukuran dan nutrisi biji terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica).
2. Mengetahui media biji yang paling sesuai sebagai media bibit
induk terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica).
E. LUARAN
YANG DIHARAPKAN
Target yang ingin dicapai dari program kegiatan PKM ini adalah:
1. Mahasiswa peserta PKM
penelitian ini diharapkan dapat memiliki keterampilan dalam melakukan penelitian
yang nantinya dapat menjadi bekal dalam menyusun skripsi.
2. Memberikan informasi
mengenai pengaruh ukuran dan nutrisi biji sebagai media bibit induk jamur
kalosibe (C. indica) dan biji yang
bagaimanakah yang sesuai sebagai media bibit induk jamur tersebut.
F. KEGUNAAN
Program ini diharapkan akan
memberikan kegunaan sebagai berikut :
1. Mengembangkan minat
mahasiswa peserta PKM penelitian agar kritis dalam melihat permasalahan yang
timbul di masyarakat berkaitan dengan bidang keahliannya.
2. Memberikan informasi
mengenai pengaruh ukuran dan nutrisi biji sebagai media bibit induk untuk
menghasilkan pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica) yang optimal.
G. TINJAUAN
PUSTAKA
Mushroom
mudah busuk di alam, mempunyai daur hidup sangat pendek, dapat tumbuh pada
kelembaban 85-95%. Milky mushroom (C. indica) tumbuh pada suhu
25-300, tahan terhadap penyakit, mempunyai tubuh buah tebal ± 2,5 cm
berwarna putih susu dan mempunyai rasa yang enak. Jamur ini berasal dari India,
mempunyai nilai komersial ketiga setelah jamur kancing dan jamur tiram.
Kandungan protein pada jamur tropis ini cukup tinggi yaitu 32,3% dan serat
kasar 41% (Krishnamoorthy, 2003).

Keuntungan besar dari jamur kalosibe ini yaitu dapat tumbuh
dalam temperatur yang tinggi. C. indica merupakan jamur yang mempunyai
kesempatan yang luas untuk dikultivasi dan dapat menggantikan mushroom tropis
lain seperti Pleurotus sp. dan Volvariella sp. Selain itu jamur
ini mampu berproduksi dan mempunyai harga pasar yang cukup tinggi.
Tabel 1. Nilai
produksi dan harga jual C. Indica di
antara mushroom-mushroom yang lain.
No.
|
Mushroom
sp.
|
Temp.
(0C)
|
Substrate
|
Production
|
Cost
(Rs./Kg)
|
Market
rate
(Rs./Kg)
|
Net
gain (Rs./Kg)
|
1.
|
Agaricus bisporus (Button mushroom)
|
14-22
|
compost (LMC/SMC)
|
14-18 kg by LMC 18-22 kg by SMC
|
25-30
|
45-60
|
20-30
|
2.
|
Pleurotus sp. (oyster mushroom)
|
18-28
|
wheat straw/ paddy straw
|
60-70kg/Qtl. dry wt. basis
|
12-15
|
30-35
|
18-20
|
3.
|
Calocybe indica (Milky mushroom)
|
25-35
|
wheat /paddy straw
|
50-60 Kg / Qtl dry wt. basis
|
15-18
|
30-35
|
15-20
|
4.
|
Volvariella spp. (Paddy straw mushroom)
|
28-38
|
Paddy straw
|
10-15kg/Qtl.
|
15-20
|
30-35
|
15-20
|
(Singh et al.,
1995).
Menurut Gunawan (2004), budidaya semua jenis jamur selalu
berorientasi untuk menghasilkan produksi jamur yang tinggi. Tiga unsur penting
yang harus dipelajari adalah biologi jamur, teknologi pengomposan dan rekayasa
lingkungan. Pengetahuan tentang biologi jamur meliputi siklus hidup, habitat
serta cara perkembangbiakan jamur sangat diperlukan dalam proses budidaya jamur
terutama dalam pembuatan bibit jamur.
Menurut Buswell dan Oider (1987) dalam Sumiati et al. (2006) media bibit induk sebagai
pembawa miselium bibit jamur harus berkualitas, antara lain bahan media
tersebut harus mengandung nutrisi dan vitamin lengkap serta mudah diserap oleh
miselium jamur sehingga dapat mempercepat pertumbuhan miselium jamur. Biji-biji
yang akan digunakan sebagai media bibit induk jamur kalosibe (C. indica) yaitu:
1. Biji padi

Biji dengan bentuk hampir bulat hingga
lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam
bahasa sehari-hari disebut sekam. Biji padi yang akan digunakan sebagai medium pertumbuhan
bibit jamur sebaiknya biji padi yang masih segar atau baru dipanen, warnanya
agak hijau kekuningan dan belum mengalami pelapukan, sehingga nutrisi yang
terkandung belum banyak terurai. Sebagai media bibit jamur biji padi digunakan
sebagai tempat miselia dan sumber nutrisi terutama sumber C (Suriawiria, 1986).
2. Biji Gandum

Biji gandum merupakan bahan baku pembuatan tepung
terigu. Biji gandum selain kaya akan karbohidrat dan protein dalam setiap 100
gram gandum terkandung 3,1 mg zat besi dan 36 mg kalsium. Persentase bagian
biji gandum lembaga (7,8-12,1%), endosperma (80,6-84,6%), dan dedak atau kulit
biji (7,3-9,3%). Biji gandum mengandung 70% karbohidrat, 11,3% protein, 2%
lemak, 13% air, 2% serat, dan 1,5% abu (Purseglove, 1972).
Biji gandum
berbentuk oval dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis
serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari
tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian
lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah
dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit
ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan (Nurmala, 1980). Biji gandum mewakili biji dengan ukuran sedang
sebagai media bibit induk jamur.
3.
Biji jagung

Biji jagung mewakili
biji besar sebagai media bibit induk jamur. Jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian
besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari
seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin.
Menurut Hartadi (1980), jagung mengandung protein, lemak, phosphor, dan thiamin
yang lebih tinggi dibanding padi. Jagung kuning mengandung zat nutrisi 86% bahan
kering, 4% ekstrak ether, 2,2% serat kasar, 8,9% protein kasar, energy
metabolis (ME) 3321 kkal, dan vitamin A 2719 IU per kilogram ransum.
H.
METODE PELAKSANAAN PROGRAM
1. Waktu
dan Tempat Penelitian
Pembuatan media bibit induk jamur kalosibe
(C. Indica) dilakukan di Laboratorium
Mikologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto selama 3
bulan.
2. Bahan
dan Alat
a. Bahan
Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni jamur C. indica, kapur
(CaCO3) sebanyak 0,5% dari bobot biji, dedak, biji gandum, biji padi,
biji jagung, alkohol 70%, spirtus, dan akuades.
b. Alat
Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah botol media, autoklaf, jarum
ose, pipet tetes, pembakar spiritus, LAF, alumunium foil, kapas non absorben,
sarung tangan, masker, timbangan, wrapping, sprayer, tissue, label, gunting dan
alat tulis.
4. Prosedur
Kerja
1.
Biji gandum,
padi dan jagung dipilih yang bebas hama dan mempunyai kualitas yang baik.
2.
Biji-biji
tersebut direbus terendam dalam air bersih selama 20 - 30 menit. Setelah itu biji-biji tersebut ditiriskan dan dikeringkan.
3.
Biji-biji
tersebut dicampur dengan 3% kapur bubuk (30g/kg biji-bijian) dan 50 % dedak
(50g/kg biji-bijian).
4.
Botol
glukosa 500 ml yang telah kering dan bersih disiapkan. Masing-masing biji
tersebut sebanyak 250 gram dimasukkan ke dalam botol (masing-masing jenis biji
5 botol perlakuan) dan ditutup dengan kapas non absorben. Botol disterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121⁰C dan tekanan 15 atm selama 20
menit.
5.
Setelah
itu inokulasikan bibit jamur ke dalam botol yang berisi biji-biji tersebut sebanyak
4-5 plug dengan menggunakan jarum ose steril dan dilakukan di ruang aseptis
(LAF).
6.
Media
yang telah berisi jamur ini kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama ± 2
minggu.
7.
Pertumbuhan
miselium pada media bibit akan dinilai dengan scoring sebagai berikut:
1 = Miselium sangat tipis dan tidak kompak
2 = Miselium tipis dan kompak
3 = miselium tebal dan tidak kompak
4 = Miselium tebal dan kompak
I.
JADWAL KEGIATAN
No.
|
Kegiatan
|
Bulan ke-
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1.
|
Persiapan
Pencarian
bahan
Persiapan alat
|
|
|
|
|
|
|
||
|
|
|
||
2.
|
Penelitian
Laboratorium
|
|
|
|
3.
|
Analisis Data
dan Pembuatan Laporan
|
|
|
|
DARTAR REFERENSI
Arief, R., E. Syam’un
& S. Saenong. 2004. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung cv. Lamuru dari Ukuran Biji dan Umur Simpan yang Berbeda. Vol.
4 No.2: 54-64. J. Sains & Teknologi.
Doshi, A., Munat, J. F., Chakravarti. 1988. Nutritional status of an edible mushroom Calocybe indica (Purkayastha and
Chandra). Vol. 18, no. 3. Hal 301-302. Indian Journal of Mycology and
Plant Pathology.
Futty, P. H. 2003. Status
of Mushroom Production and Research in Mauritius. Food and Agricultu ral
Research Council, Réduit, Mauritius.
Genders, R.
1986. Bercocok Tanam Jamur. Pionir Jaya, Bandung.
Gunawan, A.
W. 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Depok.
Krishnamoorthy A.S.,
2003. Commercial prospects of milky mushroom (Calocybe indica) in
the tropical plains of India. In: Current Vistas in Mushroom Biology and
Production (Eds R.C. Upadhyay, S.K. Singh and R.D. Rai). MSI-NRC for Mushroom
Press, Solan, India.
Nurmala T.
1980. Budidaya Tanaman Gandum. Bandung: PT Karya Nusantara Jakarta.
Sinaga, M.
S. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Singh R. P., and K.
K. Mishra. 1995. Mushroom Cultivation. Mushroom Research and Training Centre,
G.B. Pant University of Agriculture and Technology, Pantnagar.
Soedirdjoatmojo, M.
D. Soetomo. 1986. Pedoman Lengkap Menanam Jamur merang Secara Tradisional dan
Modern. BP. Karya Bani, Jakarta.
Sumiati, E.,
E. Suryaningsih dan Puspitasari. 2006. Perbaikan Produksi Jamur Tiram dengan
Modifikasi Bahan Baku Utama Media Bibit. Jurnal
Holtikultura. 16(2): 119-128.
Suriawiria,
U. 1986. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Angkasa, Bandung.
Utik P., T. T. Suharni, D. R. Permana, 2007. Pengaruh
Penambahan Zeolit Terhadap Viabilitas Bibit Jamur Merang. Volume 8, No. 1: 27-33. Jurusan Biologi FMIPA, Surakarta.
Vuatkerala. 2010. Milky Mushroom.
http://www.vuatkerala.org/static/eng
/advisory/agri/mushroom/milky.htm. Diakses tanggal 23 Juni 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar