Kamis, 22 Oktober 2015

Pembuatan Bibit Induk Jamur Kalosibe (Calocybe indica) Menggunakan Beberapa Jenis Biji-bijian

A. JUDUL PROGRAM
Judul usulan kegiatan ini adalah Pembuatan Bibit Induk Jamur Kalosibe (Calocybe  indica) Menggunakan Beberapa Jenis Biji-bijian

B.     LATAR BELAKANG
Milky mushroom (Calocybe indica) merupakan jamur yang berpotensial untuk dibudidayakan. Jamur ini mempunyai tubuh buah tebal, berwarna putih susu, dan mempunyai basidiocarp seperti payung mirip jamur kancing. Spesies ini cocok di daerah beriklim tropis, dan dapat dikultivasi di dalam ruangan dengan temperatur dan kelembaban tinggi. C. indica tumbuh baik pada kisaran temperatur 25-35C dan dengan kelembaban relatif 80%. Milky mushroom dapat dikultivasi sepanjang tahun diseluruh daratan India (Vuatkerala, 2010).
      Adapun klasifikasi dari C. indica yaitu:
                  Kingdom   : Fungi
                  Phylum      : Basidiomycetes
                  Class          : Agaricomycetes
                  Ordo          : Agaricales
                  Family       : Tricholomataceae
                  Genus        : Calocybe
                  Spesies      : C. indica
C. indica merupakan spesies mushroom yang ditemukan pertama kali di  India pada tahun 1974. Jamur ini mempunyai sporocarp putih susu, siklus hidup panjang, kandungan protein tinggi dan kultivasi yang luas. Studi tentang sporocarp mentah dari C. indica mengandung 17.69% protein dan sebelas asam amino antara lain alanin, asam aspartat, glutamin, glycin, hydroxyprolin, tyrosin, prolin, histidin, lysin, threonin and valin. Jamur ini juga mengandung 4,1% lemak, 3,4% serat, dan 64,26% karbohidrat. Sporocarp masak mengandung 4,0% gula terlarut, 2,7% tepung kanji, dan 7,43% abu (Doshi, 1988).
Strain baru C. indica dikenalkan pada tahun 2001. Substrat ampas tebu merupakan salah satu substrat untuk miselia jamur. Selama pengamatan pembentukan  tubuh buah C. indica yang baik yaitu di Laboratorium Mushroom di AREU (Futty, 2003).
Teknologi kultivasi C. indica cukup sederhana, dengan biaya yang murah dan tidak membutuhkan kompos yang khusus. Proses kultivasi mirip jamur tiram, tetapi ada beberapa proses tambahan lain. Mushroom dapat dipanen sekitar 24-28 hari setelah berkembang, dan total siklus panen 45-50 hari. Umumnya, milky mushroom mempunyai siklus hidup lebih panjang 3-5 hari dibandingkan kultivasi spesies lain. Milky mushroom dapat dikultivasi dalam substrat yang ruangannya lebar, jerami padi, tangkai maizena (sejenis tanaman jagung), tangkai gandum, tangkai millet, rumput palmarosa, rumput fetiver, tangkai kedelai, tangkai kacang tanah, dll. Akan tetapi, tangkai padi adalah substrat yang paling baik (Vuatkerala, 2010).
Bibit jamur merupakan calon individu jamur, baik bibit induk maupun bibit siap tanam. Oleh karena itu perlu diperhatikan media tumbuhnya. Media tumbuh sangat menentukan pertumbuhan yang baik dari bibit yang berupa miselia jamur. Syarat lain dari media tumbuh ini adalah murah, mudah didapat, dan mudah disiapkan (Sinaga, 2000).
Kualitas bibit merupakan salah satu sarana yang sangat penting bagi keberhasilan budidaya jamur. Bibit harus berasal dari biakan murni, bebas dari kontaminasi dan memiliki sifat-sifat genetik unggul sehingga mampu memberikan hasil yang optimal (Utik, 2007). Mengingat hal tersebut maka pembuatan bibit jamur C. indica baik bibit induk maupun bibit siap tanam harus memiliki standar mutu tertentu yang mampu menjamin keberhasilan budidaya jamur tersebut.
Menurut Gunawan (2004), keuntungan penggunaan media bibit dari biji-bijian, yaitu miselium jamur dapat tumbuh dengan cepat. Akan tetapi, kandungan gizi yang tinggi pada biji-bijian juga dapat memudahkan tumbuhnya organisme kontaminan untuk tumbuh, sehingga bibit lebih mudah terkontaminasi.
Proses pembuatan bibit induk jamur C. indica ini menggunakan tiga jenis biji yaitu biji padi, gandum dan jagung. Biji padi mempunyai ukuran 3-15 mm. Penggunaan media bibit jamur dengan menggunakan biji padi bertujuan sebagai tempat tumbuhnya miselia dan sumber nutrisi terutama sumber C (Suriawiria, 1986). Biji gandum selain kaya akan karbohidrat dan protein dalam setiap 100 g gandum terkandung 3,1 mg zat besi dan 36 mg kalsium. Biji gandum berbentuk oval dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm (Purseglove, 1972). Jagung kuning mengandung zat nutrisi 86% bahan kering, 4% ekstrak ether, 2,2% serat kasar, 8,9% protein kasar, energy metabolis (ME) 3321 kkal, dan vitamin A 2719 IU per kilogram ransum. Kriteria benih ukuran besar ialah biji-biji yang tidak dapat melewati saringan dan mempunyai ukuran lebar > 8 mm, sedangkan benih ukuran kecil ialah biji-biji yang lolos saringan dan mempunyai ukuran lebar ≤ 8 mm (Arief et al., 2004).
Penggunaan sumber inokulum yang berbeda pada beberapa jenis media bibit kemungkinan akan berpengaruh terhadap kemampuan produktivitas jamur. Perbedaan kandungan nutrisi pada tiap jenis media bibit akan mempengaruhi metabolisme jamur itu sendiri. Hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan jamur untuk memanfaatkan kandungan nutrisi yang terdapat dalam bahan tersebut untuk pertumbuhannya. Pertumbuhan miselium pada media bibit sangat ditentukan oleh bahan dasar yang digunakan, kandungan air, dan bahan-bahan lain yang ditambahkan pada media tersebut. Hara tambahan yang ditambahkan dalam media seperti dedak dan kapur dapat mendukung pertumbuhan miselia jamur. Menurut Soedirdjoatmodjo (1986) dedak halus yang didapatkan dari pecahan beras dan menir mengandung vitamin B dan berguna sebagai pupuk. Penambahan kapur pada media bibit berguna untuk mempercepat proses pembusukan dan mempertahankan suhu media sehingga senyawa-senyawa yang terkandung dalam media dapat lebih mudah diserap oleh miselium jamur (Genders, 1986).
Jamur kalosibe (C. indica) merupakan spesies dari Edible Mushroom yang masih baru dan belum dibudidayakan, padahal kandungan nutrisinya cukup tinggi dan teknologi kultivasinya sederhana. Selain itu, jamur ini mampu berproduksi cukup baik dan mempunyai harga pasar yang mampu bersaing di antara mushroom yang lain.  Oleh karena itu perlu dibuat media bibit induk sebelum ke tahap budidayanya.

C.    PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana pengaruh ukuran dan nutrisi biji terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica)?
2.   Media biji apakah yang dapat menghasilkan pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica)  yang optimal?

D.    TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah:
1.      Mengetahui pengaruh ukuran dan nutrisi biji terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica).
2.      Mengetahui  media biji yang paling sesuai sebagai media bibit induk terhadap pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica).

E.     LUARAN YANG DIHARAPKAN
Target yang ingin dicapai dari program kegiatan PKM ini adalah:
1.      Mahasiswa peserta PKM penelitian ini diharapkan dapat memiliki keterampilan dalam melakukan penelitian yang nantinya dapat menjadi bekal dalam menyusun skripsi.
2.      Memberikan informasi mengenai pengaruh ukuran dan nutrisi biji sebagai media bibit induk jamur kalosibe (C. indica) dan biji yang bagaimanakah yang sesuai sebagai media bibit induk jamur tersebut.

F.     KEGUNAAN
Program ini diharapkan akan memberikan kegunaan sebagai berikut :
1.      Mengembangkan minat mahasiswa peserta PKM penelitian agar kritis dalam melihat permasalahan yang timbul di masyarakat berkaitan dengan bidang keahliannya.
2.      Memberikan informasi mengenai pengaruh ukuran dan nutrisi biji sebagai media bibit induk untuk menghasilkan pertumbuhan miselia jamur kalosibe (C. indica) yang optimal.

G.    TINJAUAN PUSTAKA
Mushroom mudah busuk di alam, mempunyai daur hidup sangat pendek, dapat tumbuh pada kelembaban 85-95%. Milky mushroom (C. indica) tumbuh pada suhu 25-300, tahan terhadap penyakit, mempunyai tubuh buah tebal ± 2,5 cm berwarna putih susu dan mempunyai rasa yang enak. Jamur ini berasal dari India, mempunyai nilai komersial ketiga setelah jamur kancing dan jamur tiram. Kandungan protein pada jamur tropis ini cukup tinggi yaitu 32,3% dan serat kasar 41% (Krishnamoorthy, 2003).







Keuntungan besar dari jamur kalosibe ini yaitu dapat tumbuh dalam temperatur yang tinggi. C. indica merupakan jamur yang mempunyai kesempatan yang luas untuk dikultivasi dan dapat menggantikan mushroom tropis lain seperti Pleurotus sp. dan Volvariella sp. Selain itu jamur ini mampu berproduksi dan mempunyai harga pasar yang cukup tinggi. 
Tabel 1. Nilai produksi dan harga jual C. Indica di antara mushroom-mushroom yang lain.
No.
Mushroom sp.
Temp. (0C)
Substrate
Production
Cost (Rs./Kg)
Market rate
(Rs./Kg)
Net gain (Rs./Kg)
1.
Agaricus bisporus (Button mushroom)
14-22
compost (LMC/SMC)
14-18 kg by LMC 18-22 kg by SMC
25-30
45-60
20-30
2.
Pleurotus sp. (oyster mushroom)
18-28
wheat straw/ paddy straw
60-70kg/Qtl. dry wt. basis
12-15
30-35
18-20
3.
Calocybe indica (Milky mushroom)
25-35
wheat /paddy straw
50-60 Kg / Qtl dry wt. basis
15-18
30-35
15-20
4.
Volvariella spp. (Paddy straw mushroom)
28-38
Paddy straw
10-15kg/Qtl.
15-20
30-35
15-20
(Singh et al., 1995).

Menurut Gunawan (2004), budidaya semua jenis jamur selalu berorientasi untuk menghasilkan produksi jamur yang tinggi. Tiga unsur penting yang harus dipelajari adalah biologi jamur, teknologi pengomposan dan rekayasa lingkungan. Pengetahuan tentang biologi jamur meliputi siklus hidup, habitat serta cara perkembangbiakan jamur sangat diperlukan dalam proses budidaya jamur terutama dalam pembuatan bibit jamur.
Menurut Buswell dan Oider (1987) dalam Sumiati et al. (2006) media bibit induk sebagai pembawa miselium bibit jamur harus berkualitas, antara lain bahan media tersebut harus mengandung nutrisi dan vitamin lengkap serta mudah diserap oleh miselium jamur sehingga dapat mempercepat pertumbuhan miselium jamur. Biji-biji yang akan digunakan sebagai media bibit induk jamur kalosibe (C. indica) yaitu:
1. Biji padi
                 






      Biji dengan bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam. Biji padi yang akan digunakan sebagai medium pertumbuhan bibit jamur sebaiknya biji padi yang masih segar atau baru dipanen, warnanya agak hijau kekuningan dan belum mengalami pelapukan, sehingga nutrisi yang terkandung belum banyak terurai. Sebagai media bibit jamur biji padi digunakan sebagai tempat miselia dan sumber nutrisi terutama sumber C (Suriawiria, 1986).
2. Biji Gandum
     





Biji gandum merupakan bahan baku pembuatan tepung terigu. Biji gandum selain kaya akan karbohidrat dan protein dalam setiap 100 gram gandum terkandung 3,1 mg zat besi dan 36 mg kalsium. Persentase bagian biji gandum lembaga (7,8-12,1%), endosperma (80,6-84,6%), dan dedak atau kulit biji (7,3-9,3%). Biji gandum mengandung 70% karbohidrat, 11,3% protein, 2% lemak, 13% air, 2% serat, dan 1,5% abu (Purseglove, 1972).
Biji gandum berbentuk oval dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ). Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan (Nurmala, 1980). Biji gandum mewakili biji dengan ukuran sedang sebagai media bibit induk jamur.
3.   Biji jagung
     






Biji jagung mewakili biji besar sebagai media bibit induk jamur. Jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Menurut Hartadi (1980), jagung mengandung protein, lemak, phosphor, dan thiamin yang lebih tinggi dibanding padi. Jagung kuning mengandung zat nutrisi 86% bahan kering, 4% ekstrak ether, 2,2% serat kasar, 8,9% protein kasar, energy metabolis (ME) 3321 kkal, dan vitamin A 2719 IU per kilogram ransum.

H.    METODE PELAKSANAAN PROGRAM
      1.   Waktu dan Tempat Penelitian
      Pembuatan media bibit induk jamur kalosibe (C. Indica) dilakukan di Laboratorium Mikologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto selama 3 bulan.
       2.  Bahan dan Alat
a.   Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni jamur C. indica, kapur (CaCO3) sebanyak 0,5% dari bobot biji, dedak, biji gandum, biji padi, biji jagung, alkohol 70%, spirtus, dan akuades.
b.   Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol media, autoklaf, jarum ose, pipet tetes, pembakar spiritus, LAF, alumunium foil, kapas non absorben, sarung tangan, masker, timbangan, wrapping, sprayer, tissue, label, gunting dan alat tulis.

4.      Prosedur Kerja
1.      Biji gandum, padi dan jagung dipilih yang bebas hama dan mempunyai kualitas yang baik.
2.      Biji-biji tersebut direbus terendam dalam air bersih selama 20 - 30 menit. Setelah itu biji-biji tersebut ditiriskan dan dikeringkan.
3.      Biji-biji tersebut dicampur dengan 3% kapur bubuk (30g/kg biji-bijian) dan 50 % dedak (50g/kg biji-bijian).
4.      Botol glukosa 500 ml yang telah kering dan bersih disiapkan. Masing-masing biji tersebut sebanyak 250 gram dimasukkan ke dalam botol (masing-masing jenis biji 5 botol perlakuan) dan ditutup dengan kapas non absorben. Botol disterilisasi dalam autoclave dengan temperatur 121C dan tekanan 15 atm selama 20 menit.
5.      Setelah itu inokulasikan bibit jamur ke dalam botol yang berisi biji-biji tersebut sebanyak 4-5 plug dengan menggunakan jarum ose steril dan dilakukan di ruang aseptis (LAF).
6.      Media yang telah berisi jamur ini kemudian diinkubasi pada suhu ruang selama ± 2 minggu.
7.      Pertumbuhan miselium pada media bibit akan dinilai dengan scoring sebagai berikut:
      1 = Miselium sangat tipis dan tidak kompak
      2 = Miselium tipis dan kompak
      3 = miselium tebal dan tidak kompak
      4 = Miselium tebal dan kompak

I.       JADWAL KEGIATAN
No.
Kegiatan
Bulan ke-
1
2
3
1.
Persiapan
Pencarian bahan
Persiapan alat









2.
Penelitian Laboratorium



3.
Analisis Data dan Pembuatan  Laporan







DARTAR REFERENSI


Arief, R., E. Syam’un & S. Saenong. 2004. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis Benih Jagung cv. Lamuru dari Ukuran Biji dan Umur Simpan yang Berbeda. Vol. 4 No.2: 54-64. J. Sains & Teknologi.

Doshi, A., Munat, J. F., Chakravarti. 1988. Nutritional status of an edible mushroom Calocybe indica (Purkayastha and Chandra). Vol. 18, no. 3. Hal 301-302. Indian Journal of Mycology and Plant Pathology.

Futty, P. H. 2003. Status of Mushroom Production and Research in Mauritius. Food and Agricultu ral Research Council, Réduit, Mauritius.

Genders, R. 1986. Bercocok Tanam Jamur. Pionir Jaya, Bandung.
Gunawan, A. W. 2004. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya, Depok.
Krishnamoorthy A.S., 2003. Commercial prospects of milky mushroom (Calocybe indica) in the tropical plains of India. In: Current Vistas in Mushroom Biology and Production (Eds R.C. Upadhyay, S.K. Singh and R.D. Rai). MSI-NRC for Mushroom Press, Solan, India.

Nurmala T. 1980. Budidaya Tanaman Gandum. Bandung: PT Karya Nusantara Jakarta.
           
Sinaga, M. S. 2000. Jamur Merang dan Budidayanya. Penebar Swadaya, Jakarta.
Singh R. P., and K. K. Mishra. 1995. Mushroom Cultivation. Mushroom Research and Training Centre, G.B. Pant University of Agriculture and Technology, Pantnagar.

Soedirdjoatmojo, M. D. Soetomo. 1986. Pedoman Lengkap Menanam Jamur merang Secara Tradisional dan Modern. BP. Karya Bani, Jakarta.

Sumiati, E., E. Suryaningsih dan Puspitasari. 2006. Perbaikan Produksi Jamur Tiram dengan Modifikasi Bahan Baku Utama Media Bibit. Jurnal Holtikultura. 16(2): 119-128.

Suriawiria, U. 1986. Pengantar untuk Mengenal dan Menanam Jamur. Angkasa, Bandung.

Utik P., T. T. Suharni, D. R. Permana, 2007. Pengaruh Penambahan Zeolit Terhadap Viabilitas Bibit Jamur Merang. Volume 8, No. 1: 27-33. Jurusan Biologi FMIPA, Surakarta.


Vuatkerala. 2010. Milky Mushroom. http://www.vuatkerala.org/static/eng /advisory/agri/mushroom/milky.htm. Diakses tanggal 23 Juni 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar