Laporan
Praktikum
EKOLOGI
MANGROVE
Oleh
:
Kelompok
III
Sovia Dewi
Indriati B1J007030
Lutfi Hadi
Gunawan B1J006189
Bahtiar Efendi B1J006191
Arisman B1J007107
Fristi Kristiana B1J006081
Romzul Huda B1J006097
Arif Surakhman B1J006060
Biyan Tabritantyo
P. B1J006032
Atik Nurchayati B1J007088
Lusiyandari B1J006131
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009
DAFTAR
ISI
Halaman
|
|
DAFTAR TABEL....................................................................................
|
iii
|
DAFTAR
GAMBAR...............................................................................
|
iv
|
I.
PENDAHULUAN...............................................................................
|
?
|
A. Deskripsi
Lokasi..............................................................................
|
?
|
B. Maksud dan
Tujuan Praktikum.......................................................
|
?
|
II. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................
|
?
|
A. Vegetasi
Mangrove.........................................................................
|
?
|
B. Crustacea........................................................................................
|
?
|
C. Molusca...........................................................................................
|
?
|
DAFTAR
REFERENSI...........................................................................
|
?
|
DAFTAR
TABEL
Halaman
|
|
Tabel 1. Spesies mangrove yang ditemukan
oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................
|
|
Tabel 2. Jumlah individu tiap spesies mangrove
yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap................................
|
?
|
Tabel
3. Spesies Crustacea yang ditemukan
oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................
|
?
|
Tabel
4. Spesies Molusca yang ditemukan
oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................
|
?
|
|
|
|
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
|
|
Gambar 1.
Achantus ebracteatus............................................................
|
?
|
Gambar 2. Bunga dan Daun A.
corniculatum.........................................
|
?
|
Gambar 3. Habitat A. corniculatum........................................................
|
?
|
Gambar 4. Buah A. corniculatum............................................................
|
?
|
Gambar 5.
Bunga B. gymnorrhiza..........................................................
|
?
|
Gambar 6. Duduk Daun B. gymnorrhiza................................................
|
?
|
Gambar 7. Propagule C. tagal.................................................................
|
?
|
Gambar 8. Daun dan Bunga C. tagal......................................................
|
?
|
Gambar 9.
Daun, Bunga, Buah serta Propagule R. Apiculata................
|
?
|
Gambar 10. Rhizophora
mucronata........................................................
|
?
|
Gambar 11. Derris trifoliata...................................................................
|
?
|
Gambar 12. Finlaysonia maritima..........................................................
|
?
|
Gambar 13.Nypa fruticans......................................................................
|
?
|
|
I.
PENDAHULUAN
A.
Deskripsi Lokasi
Di dunia ini terdapat bermacam-macam
ekosistem, dan salah satu ekosistem yang mempunyai ciri karakteriktik
tersendiri adalah ekosistem mangrove. Kekhasan ekosistem mangrove karena
keterbatasan areanya yang tidak begitu banyak di dunia ini. Ekosistem ini hanya
bisa dijumpai di daerah pantai, itupun masih membutuhkan syarat-syarat khusus.
Karena itu tidak setiap pantai mempunyai ekosistem mangrove. Salah satu ciri
ekosistem mangrove yang bisa dilihat adalah dengan adanya hutan mangrove
ataupun tanam-tanaman khas mangrove. Di dalam ekosistem mangrove inilah
dijumpai bermacam-macam organisme yang saling mendukung satu sama lain. Di
dalam ekosistem akan dijumpai jaring-jaring makanan yang sangat lengkap karena
kekayaan unsur haranya (Isvasta, K.E., 2009).
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman
diantara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan, lautan
dan ekosistem akuatik lainnya. Keanekaragaman di dalam ekosistem mangrove
mencakup keanekaragaman di dalam
spesies, antar spesies dan ekeosistem. Di Jawa Tengah ekosistem mangrove dapat
dijumpai di sebagian wilayah pantai utara pulau Jawa dan Karimunjawa, sedang di
pantai selatan pulai Jawa hanya bisa dijumpai kawasan Pacitan dan daerah
Merubetiri atau tapal kuda bagian selatan dan Jawa Tengah di wilayah Cilacap
khususnya di Segara Anakan (Isvasta, K.E., 2009).
Kawasan Segara Anakan
merupakan salah satu aset di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang sangat
potensial untuk digali sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Keanekaragaman
hayati yang dimiliki Kawasan Segara Anakan dapat dijadikan sebagai penarik
minat wisatawan untuk datang berkunjung.
Kawasan tersebut diyakini memiliki komposisi maupun struktur hutan mangrove terlengkap dengan 26 spesies dan terluas di Pulau Jawa. Bahkan, keberadaan hutan mangrove Segara Anakan memiliki peran penting dalam pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) berbagai jenis burung migrasi. Selain itu, hutan tersebut juga berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya (Sumarwoto, 2009).
Kawasan tersebut diyakini memiliki komposisi maupun struktur hutan mangrove terlengkap dengan 26 spesies dan terluas di Pulau Jawa. Bahkan, keberadaan hutan mangrove Segara Anakan memiliki peran penting dalam pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) berbagai jenis burung migrasi. Selain itu, hutan tersebut juga berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya (Sumarwoto, 2009).
Hutan mangrove Segara Anakan termasuk dalam Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat, yang luasnya secara keseluruhan sebesar
22.000 Ha. Tebal hutan mangrove berkisar antara 0,5–11 km. Menurut Perum
Perhutani KPH Banyumas Barat dalam Isvasta (2009), hutan mangrove Segara Anakan
terletak pada 7o30’–7o44’ LS dan 108o42’-109o20’
BT. Ketinggian tanah berkisar anatara 0–20 100 dpl, yang secara administratif
seluruhnya terletak di Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Adapun jenis tanaman penyusunnya terdiri dari bakau (Rhizopora sp.) dan api-api (Avicennia sp.) yang menyusun formasi
terdepan yang berhadapan dengan laut. Selain itu pada formasi dibelakangnya
terdapat pidada (Sonneratia sp.),
Tanjang (Bruguierra sp.), truntum (Lumnitzera sp.), Cerbera sp. ketapang (Terminali
catapa) dan nipah (Nypha fruticans)
(Isvasta, K.E., 2009). Selain itu, dapat ditemukan berbagai
jenis perdu seperti jrajon (Acanthus
ilicifolius), jrajon lanang (Acanthus
sp.), krakas (Scripus aurium),
prepatan (Scripus grossus), gadelan (Derris heterophylla), dan wlingi (Fimbristttylis feruginea) (Sumarwoto,
2009).
Sebelum tahun 1974, ketika belum dibangun kilang minyak oleh
Pertamina di Cilacap, kerusakan hutan mangrove terjadi sebagai akibat
penebangan secara liar saja. Namun setelah kilang minyak beroperasi, ada
tanda-tanda kerusakan dan kematian tanaman managrove oleh limpahan minyak.
Tumbuhan yang peka terhadap pencemaran adalah Rhizopora, Sonneratia, Ceriops, Aegiceras, Avicennia, Acanthus
serta Derris. Dari hal-hal tersebut
ternyata industri minyak dalam dimensi waktu memberikan dampak negatif terhadap
pertumbuhan tanaman mangrove. Disamping faktor
tersebut, pengurangan luas hutan mangrove juga sebagai akibat intensitas
penebangan yang tinggi, serta proses pendangkalan secara alamiah yang ada di
Segara Anakan cukup cepat. Akibat proses pendangkalan, sifat anaerobik tanah
akan berubah, sehingga bukan lagi merupakan habitat mangrove (Isvasta, K.E.,
2009).
B. Maksud dan Tujuan Praktikum
Maksud dan tujuan
diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui jenis mangrove
apa saja yang terdapat di vegetasi mangrove Segara Anakan, selain itu praktikan
juga dapat mengetahui jenis Molusca dan
Crustacea apa saja yang hidup di sana . Praktikum ini
dilaksanakan di Segara Anakan, Cilacap pada tanggal 9 Desember 2009 pukul 06.00
s/d 15.00 WIB.
II. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Vegetasi Mangrove
Tabel 1. Spesies mangrove yang
ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
|
Spesies
|
Achantaceae
|
Achantus ebracteatus
|
Myrsinaceae
|
Aegiceras corniculatum
|
Rhizophoraceae
|
Bruguiera gymnorrhiza
|
Rhizophoraceae
|
Ceriops tagal
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora apiculata
|
Rhizophoraceae
|
Rhizophora mucronata
|
Leguminosae
|
Derris trifoliata
|
Asclepiadaceae
|
Finlaysonia maritima
|
Arecaceae
|
Nypa fruticans
|
1. Achantus ebracteatus
![]() |
Gambar 1. Achantus ebracteatus
Achantus ebracteatus hampir sama dengan Achantus
ilicifolius, tetapi yang membedakannya adalah seluruh bagiannya lebih
kecil. Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius. Daunnya sederhana dan
terletak berlawanan. Bentuk daun lanset dengan ujung meruncing. Ukuran daun
sekitar 7-20 x 4-10 cm. Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung
cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga lebih pendek
dari A. ilicifolius, sedangkan
bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena
yang sekunder biasanya cepat rontok. Letak bunganya di ujung dengan formasi
bentuk bulir. Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin
mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo dengan ukuran panjang
2,5-3 cm, biji 5-7 mm. Ketika tumbuh bersamaan dengan A. ilicifolius keduanya memperlihatkan adanya karakter yang berbeda
sebagaimana diuraikan dalam deskripsi, akan tetapi sering sekali membingungkan.
A. ebracteatus berbunga pada bulan
Juni. Distribusi A. ebracteatus mulai
dari India
sampai Australia Tropis, Filipina, dan Kepulauan Pasifik Barat. Selain itu A. ebracteatus juga terdapat di seluruh Indonesia .
Buah A. ebracteatus digunakan sebagai
“pembersih” darah serta untuk mengatasi kulit terbakar. Daunnya digunakan untuk
mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk
mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Bijinya konon bisa
mengatasi serangan cacing dalam pencernaan (Anonim, 2009).
Berikut
ini adalah klasifikasi dari Acanthus ebracteatus
menurut Anonim, 2009 :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Acanthus
Spesies : Acanthus ebracteatus Vahl.
2.
Aegiceras corniculatum
Aegiceras corniculatum merupakan semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh
lurus dengan ketinggian pohon mencapai 6 m. Akar menjalar di permukaan tanah.
Kulit kayu bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki
sejumlah lentisel. Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian
atas dan hijau pucat di bagian bawah, seringkali bercampur warna agak
kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan
gagangnya. Daunnya sederhana dan terletak bersilangan. Bentuk daun bulat telur
terbalik hingga elips. Dengan ujung daun membundar. Ukuran daun sekitar 11 x
7,5 cm. Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti
lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 8-12 mm. Letaknya
di ujung tandan/tangkai bunga dengan formasi seperti payung. Daun mahkota: 5
berwarna putih, ditutupi rambut pendek halus; 5-6 mm. Kelopak Bunga: 5; putih -
hijau. Buah berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah matang), permukaan
halus, membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji yang membesar
dan cepat rontok. Ukuran panjang buah 5-7,5 cm dan diameter 0,7 cm (Anonim,
2009).
![]() |
|||
![]() |
Gambar 2. Bunga dan Daun Gambar 3. Habitat A.
corniculatum

Gambar 4. Buah A. corniculatum
A. corniculatum memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan
cahaya yang beragam. Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove yang
tergenang oleh pasang naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air
yang bersifat payau secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan
kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji tumbuh secara semi-vivipar, dimana
embrio muncul melalui kulit buah ketika buah yang membesar rontok. Biasanya
segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon dewasa. Buah dan biji telah
teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air. Kulit kayu yang berisi
saponin digunakan untuk racun ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya.
Kayu untuk arang. Daun muda dapat dimakan. Penyebaran A. corniculatum adalah Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea,
Cina selatan, Australia dan Kepulauan Solomon (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi Aegiceras corniculatum
menurut Roemer
& Schultes, 2008 :
Kingdom :
Plantae
Division :
Angiospermophyta
Class :
Magnoliopsida
Order :
Primulales
Family :
Myrsinaceae
Genus : Aegiceras
Species : Aegiceras
corniculatum
3.
Bruguiera gymnorrhiza
B. gymnorrhiza merupakan
pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit
kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua
sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di
bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut. Daun berkulit,
berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya
dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Daunnya merupakan daun
sederhana dan letaknya berlawanan. Bentuk daun elips sampai elips-lanset dengan
ujung daun meruncing. Ukuran daun sekitar 4,5-7 x 8,5-22 cm. Bunga
bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak bunga di ketiak
daun, menggantung. Formasi mirip soliter dengan daun mahkota antara 10-14;
putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak bunga sekitar 10-14; warna
merah muda hingga merah; panjang 30-50. Buah melingkar spiral, bundar
melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua
keunguan. Ukuran hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm (Anonim,
2009).
![]() |
![]() |
Gambar 5. Bunga B. gymnorrhiza Gambar 6.
Duduk Daun B. gymnorrhiza
B. gymnorrhiza merupakan
jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari
perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi
menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan
kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap
daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga
tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang
surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan
di hadapannya. Substratnya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah
gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang
terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air
atau gelombang pasang (Anonim, 2009).
Regenerasi B. gymnorrhiza
seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang
tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan,
tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan. Penyebaran B. gymnorrhiza dari Afrika Timur dan
Madagaskar hingga Sri Lanka ,
Malaysia dan Indonesia
menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis. Bagian dalam hipokotil
dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah
digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi Bruguiera gymnorrizha menurut Anonim, 2009 :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Rhizophoraceae
Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrizha
4.
Ceriops tagal
Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu
berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya menggelembung.
Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil. Daun hijau mengkilap dan
sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Daunnya sederhana dan terletak
berlawanan. Bentuk dun bulat telur terbalik-elips dengan ujung membundar.
Ukuran daunnya sekitar 1-10 x 2-3,5 cm. Bunga mengelompok di ujung tandan.
Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak
cabang yang lebih tua. Terletak di ketiak daun dengan formasi kelompok (5-10 bunga
per kelompok). Daun mahkota 5; putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak bunga 5;
warna hijau, panjang 4-5mm, tabung 2mm. Tangkai benang sari lebih panjang dari
kepala sarinya yang tumpul (Anonim, 2009).
![]() |
![]() |
Gambar 7. Propagule C. tagal Gambar 8. Daun dan Bunga
C. tagal
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung.
Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak
pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran hipokotil:
panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm. Membentuk belukar yang rapat pada pinggir
daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh pasang
tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Selain itu juga terdapat
di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan
dengan C. decandra. Perbungaan
terjadi sepanjang tahun. Penyebarannya dari Mozambik hingga Pasifik Barat,
termasuk Australia Utara , Malaysia
dan Indonesia .
Ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk persalinan. Tanin dihasilkan dari kulit
kayu. Pewarna dihasilkan dari kulit kayu dan kayu. Kayu bermanfaat untuk bahan
bangunan, bantalan rel kereta api, dan pegangan perkakas, karena ketahanannya
jika direndam dalam air garam. Bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah
satu kayu terkuat diantara jenis-jenis mangrove (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi Ceriops
Tagal menurut Robinson, 2008 :
Kingdom :
Plantae
Division :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Family :
Rhizophoraceae
Genus : Ceriops
Species : Ceriops
Tagal Robinson
5.
Rhizophora apiculata
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang
mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5
meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit
kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. Berkulit, warna hijau tua dengan
hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya
17-35 mm dan warnanya kemerahan. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan.
Bentuk daun elips menyempit dengan ujung meruncing. Ukuran daun 7-19 x 3,5-8 cm
(Anonim, 2009).
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang
berukuran <14 mm. Letak bunga di ketiak daun dengan formasi kelompok (2
bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut,
panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang
sari: 11-12; tak bertangkai. Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga
seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil.
Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna
merah jika sudah matang. Ukuran hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.
Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang
normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir.
Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi.
Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang
kuat secara permanen (Anonim, 2009).
![]() |
Gambar 9. Daun, Bunga,
Buah serta Propagule R. apiculata
Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan
kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan
mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan
terdapat sepanjang tahun. Penyebarannya ada di Sri
Lanka , seluruh Malaysia
dan Indonesia
hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik. Kayu dimanfaatkan untuk bahan
bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (persen
berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati
batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang.
Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi Rhizophora
apiculata menurut Anonim a, 2009 :
Kingdom :
Plantae
Division :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Family :
Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora
apiculata
6.
Rhizophora mucronata
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m.
Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga
hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh
dari percabangan bagian bawah. Daun berkulit dan gagang daun berwarna hijau,
panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran
5,5-8,5 cm. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun elips melebar
hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing. Ukuran daun 11-23 x 5-13 cm.
Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel
pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm, terletak di ketiak daun. Formasinya
kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; putih, ada rambut. 9 mm.
Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak
bertangkai (Anonim, 2009).
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm,
berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal.
Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang.
Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm. Di areal yang sama
dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan
pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai
pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh
dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang
dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus (Anonim, 2009).
Gambar 10. Rizhophora mucronata
R. mucronata merupakan salah satu jenis
tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan
terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga
menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan
untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut
mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian
melindungi mereka. Penyebarannya di Afrika Timur, Madagaskar ,
Mauritania , Asia tenggara,
seluruh Malaysia dan Indonesia , Melanesia
dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii .
Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan
untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria
(perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk
melindungi pematang (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi R. mucronata menurut Anonim a, 2009
:
Kingdom :
Plantae
Division :
Magnoliophyta
Class :
Magnoliopsida
Ordo :
Malpighiales
Family :
Rhizophoraceae
Genus : Rhizophora
Spesies : Rizhophora mucronata
7.
Derris trifoliata

Gambar 11. Derris trifoliata
Buah D. trifoliata
berbentuk polong berkulit, bulat memanjang atau hampir bundar, tipis/pipih,
bergerombol. Satu atau dua biji berkeriput, hampir bundar, hijau-perunggu
ketika kering. Ukuran: buah 2-4,5 x 2,5-3,5 cm; biji 12 x 11 mm. Tumbuh pada
substrat berpasir dan berlumpur pada bagian tepi daratan dari habitat mangrove.
Menyukai areal yang mendapat pasokan air tawar, tergenang secara tidak teratur
oleh air pasang surut. Bunga muncul pada bulan September – November, sementara
buah pada bulan November sampai Desember (di Australia). Biji dan polong
teradaptasi dengan penyebaran melalui air. Mereka mungkin juga disebarkan
melalui angin. Penyebaran melalui Asia Tenggara, Indonesia ,
Australia , Cina hingga India
dan Afrika. Penggunaan jenis ini untuk meracuni ikan sudah banyak diketahui.
Racun ikan yang dijual secara komersial (rotenone) dihasilkan dari akar jenis
lain, yaitu Derris elliptica. Batangnya sangat tahan lama dan dapat digunakan
sebagai tali (Anonim, 2009).
Berikut adalah
klasifikasi Derris trifoliata menurut
Anonim, 2009:
Kingdom : Plantae
Genus :
Derris
Spesies :
Derris trifoliata
8.
Finlaysonia maritima
Tumbuhan pemanjat/perambat berkayu, mengandung getah berwarna
putih. Tebal berdaging, warna hijau cerah. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan.
Bentuk daun elips hingga bulat telur terbalik dengan ujung membundar. Ukuran
daun sekitar 8-13 x 3,5-5 cm. Bunga berwarna putih dan merah muda, panjangnya
sekitar 0,7 – 1,0 cm. Bentuk seperti kapsul atau seperti kantung perut ayam.
Buah berpasangan, waktu masih muda berwarna hijau tapi jika sudah matang
warnanya kemerahan. Ukuran buah 7-8 x 2,5-3,5 cm. Dijumpai pada kawasan mangrove
yang terbuka, kadang-kadang dijumpai lebih ke arah pantai. Diduga penyebarannya
terdapat di seluruh Indonesia
(Anonim, 2009).
![]() |
Gambar 12. Finlaysonia maritima
9. Nypa fruticans
![]() |
Gambar 13. Nypa fruticans
Nypa fruticans memiliki
sistem perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap
perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan
mangrove lainnya. Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh
lalat Drosophila. Buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji
membantu penyebaran mereka melalui air. Kadang-kadang bersifat vivipar. Penyebarannya
di Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina,
Australia dan Pasifik Barat. Sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat
dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk
memproduksi alkohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang
dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki kandungan
sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan payung, topi,
tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah, serat
gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat (Anonim, 2009).
Berikut
adalah klasifikasi Nypa fruticans menurut
Anonim, 2009:
Kingdom :
Plantae
Division :
Magnoliophyta
Class :
Liliopsida
Ordo :
Arecales
Family :
Arecaceae
Genus : Nypa
Spesies : Nypa fruticans
Tabel 2. Jumlah individu tiap
spesies mangrove yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Spesies
|
Semai
(1x1) m
|
Pancang
(5x5)
m
|
Pohon
(10x10) m
|
||||||
a
|
b
|
c
|
a
|
b
|
c
|
a
|
b
|
c
|
|
Derris
trifoliata
|
5
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
Aegiceras
corniculatum
|
4
|
3
|
|
5
|
2
|
2
|
|
|
|
Bruguierra
gymnorhiza
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
Rhizopora
apiculata
|
|
|
|
4
|
5
|
1
|
|
|
|
Rhizophora
mucronata
|
|
|
|
|
7
|
5
|
|
|
|
Nypa
fruticans
|
|
|
|
|
3
|
7
|
|
2
|
5
|
Ceriops
tagal
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
Finlaysonia
maritima
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
Achantus
ebracteatus
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
(pembahasan ........)
B.
Crustacea
Tabel 3. Spesies
Crustacea yang ditemukan oleh
kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
|
Spesies
|
Gonoplacidae
|
Metaplax elegans
|
Grapsidae
|
Neoepisesarma versicolor
|
Ocipodidae
|
Bellator minima
|
Deskripsi tiap spesies,
meliputi :
1. Metaplax
elegans (deskripsi+morfo=arisman)

Gambar 14. Metaplax elegans
Berikut
adalah klasifikasi Metaplax elegans menurut Anonim, 2009
:
Spesies : Metaplax
elegans de Man 1888
2. Neoepisesarma
versicolor (morpologi)
Neoepisesarma
versicolor merupakan salah satu jenis kepiting bakau yang
dapat ditemukan di hutan mangrove di kawasan Indo West Pacific (IWP) regions,
yang terbentang dari wilayah Philipina, Papua Nugini, Indonesia, Malaysia,
Thailand, sampai India dan juga Oceania. Neoepisesarma
versicolor biasa memakan daun tumbuhan mangrove, seperti Rhizophora apiculata, baik ydaun yang
masih muda maupun yang sudah tua.

Gambar. Neoepisesarma versicolor
Berikut
adalah klasifikasi N.
versicolor menurut Anonim, 2009 :
Spesies : Neoepisesarma
versicolor
3. Bellator
minima
Tubuh Uca bellator minima
bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian
tubuh, yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri lain dari
Uca bellator minima
adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton).
Eksoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel kulit.
Eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat.
Eksoskeleton terdiri dari lempengan-lempengan yang dihubungkan oleh ligamen
yang fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti
pertumbuhan tubuh. Oleh karena itu, tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti
dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Tahap
pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis.
Sistem saraf Uca bellator minima
berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang
sisi ventral tubuhnya. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran
saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks
dan pengendalian berbagai kegiatan.Sistem pencernaan Uca bellator minima
terdiri dari mulut, esofagus,
lambung, usus, dan anus. Uca bellator minima
bernapas dengan insang dan sistem sirkulasi Uca bellator minima
bersifat terbuka. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek,
dan ruang disekitar organ tubuh.

Kingdom
: Animalia
Phylum :
Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Subclass : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Superfamily : Ocypodoidea
Family : Ocypodidae
Subfamil : Ucinae
Genus : Uca
Species : Uca bellator minima
C.
Molusca
Tabel 4. Spesies
Molusca yang ditemukan oleh kelompok
III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
|
Spesies
|
Potamididae
|
Telescopium telescopium
|
|
Nerita plicata
|
|
Polimices mamilla
|
Potamididae
|
Cerithidea quadrata
|
Trochidae
|
Umbonium costatum
|
Capulidae
|
Trichotropis borealis
|
Rissoidae
|
Alvania semistriata
|
1.
Telescopium telescopium
(klasifikasi=morfologi)
Keong atau molusca Telescopium
telescopium merupakan salah satu dari suku potamididae yang merajai
komunitas mangrove dan tersebar luas di daerah indo-Pasifik. Penyebaran T. telescopium dihutan mangrove selain
ditentukan oleh preferensi habitat,juga dipengaruhi oleh perilaku keong
tersebut. spesies ini sangat berperan dalam ekologis dalam jarring-jaring
makanan di daerah mangrove. Kerusakan hutan mangrove akan sangat berpengaruh
terhadap jenis tersebut. masyarakat Indonesia memanfaatkan keong
tersebut untuk dikonsumsi. Kemudian mempunyai penyebarab yang sangat sempit,
jenis ini ditemui mengelompok di daerah paparan Lumpur cair pada bagian yang
terbukadengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah. Cara untuk berlindung di
daerah yang ekstrim dengan membenamkan diri kelumpur dan menutup rapat
operkulanya. Ketika membenamkan diri posisinya tidak aktif dengan posisi semi
vertical di bawah permukaan. Perilaku ini dipengaruhi oleh dinamika pasang
surut aktifitas berkopulasi selama air dalam keadaan surut. Kemudian aktifitas
lebih dipengaruhi oleh factor-faktor linkungan dari pada oleh factor endogenous
(Budiman, 1986).

Gambar. Telescopium
telescopium
2.
Nerita plicata

3.
Alvania semistriata

Gambar . Alvania
semistriata
4.
Cerithidea quadrata
5.
Umbonium costatum

Gambar.
Umbonium costatum
Berikut ini merupakan klasifikasi Umbonium costatum
Link, 1807 dalam Anonim, 2009 adalah :
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Family : Trochidae
Subfamily : Umboniinae
Genus : Umbonium
Spesies : Umbonium costatum
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Family : Trochidae
Subfamily : Umboniinae
Genus : Umbonium
Spesies : Umbonium costatum
6.
Trichotropis borealis
Anggota Keluarga
Trichotropidae memiliki bergelung, mengangkat puncak menara,
banyak periostracum
adalah dalam bentuk rambut atau bulu, dan tidak memiliki takik atau kanal
siphonal (meskipun ujung anterior apertur
adalah siku untuk membentuk pembukaan spoutlike) ( foto). Trichotropis
cancellata memiliki 6-7 whorls, sebuah lubang
kurang dari setengah tinggi shell, dan diameter sekitar 2 / 3 shell ketinggian.
Shell telah baik kecil diucapkan membujur dan 4-5 spiral pegunungan.
The periostracum
adalah cokelat muda. Length menjadi sekitar 4,2 cm.

Gambar . Trichotropis
borealis
Jenis ini adalah penyaring pengumpan. It perangkap partikel
mikroskopis pada lendir, yang kemudian menelan. Karena makanannya berasal dari
partikel ditangguhkan ia tidak memerlukan untuk bergerak banyak. Ini gunung
batu atau benda lain dari lumpur dan tinggal di sana untuk waktu yang lama. Deep-air individu
sering memiliki bekicot parasit putih kecil di sebelah Odostomia Columbiana
aperture. Odostomia menggunakan nya eversible tubuh belalai untuk
menghisap cairan dari Trichotropis. Trichotropis juga sering memiliki
ascidians, hydroids, diatom, spons , kerang, atau binatang sessile lain tumbuh
di atasnya. spesies ini adalah protandric hermaprodit.
Berikut ini klasifikasi menurut dalam Anonim 2009 :
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Class : Gastropoda Cuvier,
1797
Order : Neotaenioglossa
Family : Capulidae Fleming,
1822
Genus : Trichotropis Broderip
and G. B. Sowerby I, 1829
Species : Trichotropis migrans Dall, 1881
7.
Polimices mamilla
DAFTAR
REFERENSI
Anonim.
2009. Acanthus ebracteatus, Achantaceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=1.
Diakses pada tanggal 23 Desember 2009.









Sumarwoto. 2009.
Menggali Potensi Wisata Segara Anakan. http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=14570.
Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar