Rabu, 21 Oktober 2015

EKOLOGI MANGROVE SEGARA ANAKAN CILACAP

Laporan Praktikum
EKOLOGI MANGROVE


Oleh :
Kelompok III
                               Sovia Dewi Indriati              B1J007030
                               Lutfi Hadi Gunawan           B1J006189
                               Bahtiar Efendi                      B1J006191
                               Arisman                                 B1J007107
                               Fristi Kristiana                     B1J006081
                               Romzul Huda                        B1J006097
                               Arif Surakhman                   B1J006060
                               Biyan Tabritantyo P.           B1J006032
                               Atik Nurchayati                    B1J007088
                               Lusiyandari                           B1J006131



DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009


DAFTAR ISI

  Halaman
DAFTAR TABEL....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................
iv
I.  PENDAHULUAN...............................................................................
?
A. Deskripsi Lokasi..............................................................................
?
B. Maksud dan Tujuan Praktikum.......................................................
?
II. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................
?
A. Vegetasi Mangrove.........................................................................
?
B. Crustacea........................................................................................
?
C. Molusca...........................................................................................
?
DAFTAR REFERENSI...........................................................................
?




DAFTAR TABEL

     Halaman
Tabel 1. Spesies mangrove yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................

Tabel  2. Jumlah individu tiap spesies mangrove yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap................................
?
Tabel 3. Spesies Crustacea yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................
?
Tabel 4. Spesies Molusca yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap..........................................................
?





DAFTAR GAMBAR

  Halaman
Gambar 1. Achantus ebracteatus............................................................
?
Gambar 2. Bunga dan Daun A. corniculatum.........................................
?
Gambar 3. Habitat A. corniculatum........................................................
?
Gambar 4. Buah A. corniculatum............................................................
?
Gambar 5. Bunga B. gymnorrhiza..........................................................
?
Gambar 6. Duduk Daun B. gymnorrhiza................................................
?
Gambar 7. Propagule C. tagal.................................................................
?
Gambar 8. Daun dan Bunga C. tagal......................................................
?
Gambar 9. Daun, Bunga, Buah serta Propagule R. Apiculata................
?
Gambar 10. Rhizophora mucronata........................................................
?
Gambar 11. Derris trifoliata...................................................................
?
Gambar 12. Finlaysonia maritima..........................................................
?
Gambar 13.Nypa fruticans......................................................................
?



I. PENDAHULUAN

A. Deskripsi Lokasi
Di dunia ini terdapat bermacam-macam ekosistem, dan salah satu ekosistem yang mempunyai ciri karakteriktik tersendiri adalah ekosistem mangrove. Kekhasan ekosistem mangrove karena keterbatasan areanya yang tidak begitu banyak di dunia ini. Ekosistem ini hanya bisa dijumpai di daerah pantai, itupun masih membutuhkan syarat-syarat khusus. Karena itu tidak setiap pantai mempunyai ekosistem mangrove. Salah satu ciri ekosistem mangrove yang bisa dilihat adalah dengan adanya hutan mangrove ataupun tanam-tanaman khas mangrove. Di dalam ekosistem mangrove inilah dijumpai bermacam-macam organisme yang saling mendukung satu sama lain. Di dalam ekosistem akan dijumpai jaring-jaring makanan yang sangat lengkap karena kekayaan unsur haranya (Isvasta, K.E., 2009).
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lainnya. Keanekaragaman di dalam ekosistem mangrove mencakup keanekaragaman  di dalam spesies, antar spesies dan ekeosistem. Di Jawa Tengah ekosistem mangrove dapat dijumpai di sebagian wilayah pantai utara pulau Jawa dan Karimunjawa, sedang di pantai selatan pulai Jawa hanya bisa dijumpai kawasan Pacitan dan daerah Merubetiri atau tapal kuda bagian selatan dan Jawa Tengah di wilayah Cilacap khususnya di Segara Anakan (Isvasta, K.E., 2009).
Kawasan Segara Anakan merupakan salah satu aset di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang sangat potensial untuk digali sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Kawasan Segara Anakan dapat dijadikan sebagai penarik minat wisatawan untuk datang berkunjung.
Kawasan tersebut diyakini memiliki komposisi maupun struktur hutan mangrove terlengkap dengan 26 spesies dan terluas di Pulau Jawa. Bahkan, keberadaan hutan mangrove Segara Anakan memiliki peran penting dalam pengasuhan (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground) berbagai jenis burung migrasi. Selain itu, hutan tersebut juga berperan sebagai tempat pemijahan (spawning ground) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya (Sumarwoto, 2009).
Hutan mangrove Segara Anakan termasuk dalam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Barat, yang luasnya secara keseluruhan sebesar 22.000 Ha. Tebal hutan mangrove berkisar antara 0,5–11 km. Menurut Perum Perhutani KPH Banyumas Barat dalam Isvasta (2009), hutan mangrove Segara Anakan terletak pada 7o30’–7o44’ LS dan 108o42’-109o20’ BT. Ketinggian tanah berkisar anatara 0–20 100 dpl, yang secara administratif seluruhnya terletak di Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Adapun jenis tanaman penyusunnya terdiri dari bakau (Rhizopora sp.) dan api-api (Avicennia sp.) yang menyusun formasi terdepan yang berhadapan dengan laut. Selain itu pada formasi dibelakangnya terdapat pidada (Sonneratia sp.), Tanjang (Bruguierra sp.), truntum (Lumnitzera sp.), Cerbera sp. ketapang (Terminali catapa) dan nipah (Nypha fruticans) (Isvasta, K.E., 2009). Selain itu, dapat ditemukan berbagai jenis perdu seperti jrajon (Acanthus ilicifolius), jrajon lanang (Acanthus sp.), krakas (Scripus aurium), prepatan (Scripus grossus), gadelan (Derris heterophylla), dan wlingi (Fimbristttylis feruginea) (Sumarwoto, 2009).
Sebelum tahun 1974, ketika belum dibangun kilang minyak oleh Pertamina di Cilacap, kerusakan hutan mangrove terjadi sebagai akibat penebangan secara liar saja. Namun setelah kilang minyak beroperasi, ada tanda-tanda kerusakan dan kematian tanaman managrove oleh limpahan minyak. Tumbuhan yang peka terhadap pencemaran adalah Rhizopora, Sonneratia, Ceriops, Aegiceras, Avicennia, Acanthus serta Derris. Dari hal-hal tersebut ternyata industri minyak dalam dimensi waktu memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan tanaman mangrove. Disamping faktor tersebut, pengurangan luas hutan mangrove juga sebagai akibat intensitas penebangan yang tinggi, serta proses pendangkalan secara alamiah yang ada di Segara Anakan cukup cepat. Akibat proses pendangkalan, sifat anaerobik tanah akan berubah, sehingga bukan lagi merupakan habitat mangrove (Isvasta, K.E., 2009).


B. Maksud dan Tujuan Praktikum
Maksud dan tujuan diadakannya praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui jenis mangrove apa saja yang terdapat di vegetasi mangrove Segara Anakan, selain itu praktikan juga dapat mengetahui jenis Molusca dan Crustacea apa saja yang hidup di sana. Praktikum ini dilaksanakan di Segara Anakan, Cilacap pada tanggal 9 Desember 2009 pukul 06.00 s/d 15.00 WIB.



II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Vegetasi Mangrove
Tabel 1. Spesies mangrove yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
Spesies
Achantaceae
Achantus ebracteatus
Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
Rhizophoraceae
Ceriops tagal
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
Leguminosae
Derris trifoliata
Asclepiadaceae
Finlaysonia maritima
Arecaceae
Nypa fruticans

1. Achantus ebracteatus
 











Gambar 1. Achantus ebracteatus
Achantus ebracteatus hampir sama dengan Achantus ilicifolius, tetapi yang membedakannya adalah seluruh bagiannya lebih kecil. Pinggiran daun umumya rata kadang bergerigi seperti A. ilicifolius. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun lanset dengan ujung meruncing. Ukuran daun sekitar 7-20 x 4-10 cm. Mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung cerah, kadang agak putih di bagian ujungnya. Panjang tandan bunga lebih pendek dari A. ilicifolius, sedangkan bunganya sendiri 2-2,5 cm. Bunga hanya mempunyai satu pinak daun utama, karena yang sekunder biasanya cepat rontok. Letak bunganya di ujung dengan formasi bentuk bulir. Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat. Bentuk buah bulat lonjong seperti buah melinjo dengan ukuran panjang 2,5-3 cm, biji 5-7 mm. Ketika tumbuh bersamaan dengan A. ilicifolius keduanya memperlihatkan adanya karakter yang berbeda sebagaimana diuraikan dalam deskripsi, akan tetapi sering sekali membingungkan. A. ebracteatus berbunga pada bulan Juni. Distribusi A. ebracteatus mulai dari India sampai Australia Tropis, Filipina, dan Kepulauan Pasifik Barat. Selain itu A. ebracteatus juga terdapat di seluruh Indonesia. Buah A. ebracteatus digunakan sebagai “pembersih” darah serta untuk mengatasi kulit terbakar. Daunnya digunakan untuk mengobati reumatik. Perasan buah atau akar kadang-kadang digunakan untuk mengatasi racun gigitan ular atau terkena panah beracun. Bijinya konon bisa mengatasi serangan cacing dalam pencernaan (Anonim, 2009).
Berikut ini adalah klasifikasi dari Acanthus ebracteatus menurut Anonim, 2009 :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Asteridae
Ordo                : Scrophulariales
Famili              : Acanthaceae
Genus              : Acanthus
Spesies : Acanthus ebracteatus Vahl.


2. Aegiceras corniculatum
Aegiceras corniculatum merupakan semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan ketinggian pohon mencapai 6 m. Akar menjalar di permukaan tanah. Kulit kayu bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah lentisel. Daun berkulit, terang, berwarna hijau mengkilat pada bagian atas dan hijau pucat di bagian bawah, seringkali bercampur warna agak kemerahan. Kelenjar pembuangan garam terletak pada permukaan daun dan gagangnya. Daunnya sederhana dan terletak bersilangan. Bentuk daun bulat telur terbalik hingga elips. Dengan ujung daun membundar. Ukuran daun sekitar 11 x 7,5 cm. Dalam satu tandan terdapat banyak bunga yang bergantungan seperti lampion, dengan masing-masing tangkai/gagang bunga panjangnya 8-12 mm. Letaknya di ujung tandan/tangkai bunga dengan formasi seperti payung. Daun mahkota: 5 berwarna putih, ditutupi rambut pendek halus; 5-6 mm. Kelopak Bunga: 5; putih - hijau. Buah berwarna hijau hingga merah jambon (jika sudah matang), permukaan halus, membengkok seperti sabit,. Dalam buah terdapat satu biji yang membesar dan cepat rontok. Ukuran panjang buah 5-7,5 cm dan diameter 0,7 cm (Anonim, 2009).
 










       Gambar 2. Bunga dan Daun                      Gambar 3. Habitat A. corniculatum
             A. corniculatum






     Gambar 4. Buah A. corniculatum
A. corniculatum memiliki toleransi yang tinggi terhadap salinitas, tanah dan cahaya yang beragam. Mereka umum tumbuh di tepi daratan daerah mangrove yang tergenang oleh pasang naik yang normal, serta di bagian tepi dari jalur air yang bersifat payau secara musiman. Perbungaan terjadi sepanjang tahun, dan kemungkinan diserbuki oleh serangga. Biji tumbuh secara semi-vivipar, dimana embrio muncul melalui kulit buah ketika buah yang membesar rontok. Biasanya segera tumbuh sekelompok anakan di bawah pohon dewasa. Buah dan biji telah teradaptasi dengan baik terhadap penyebaran melalui air. Kulit kayu yang berisi saponin digunakan untuk racun ikan. Bunga digunakan sebagai hiasan karena wanginya. Kayu untuk arang. Daun muda dapat dimakan. Penyebaran A. corniculatum adalah Sri Lanka, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Cina selatan, Australia dan Kepulauan Solomon (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Aegiceras corniculatum menurut Roemer & Schultes, 2008 :
Kingdom         : Plantae
Division           : Angiospermophyta
Class                : Magnoliopsida
Order               : Primulales
Family             : Myrsinaceae
Genus              : Aegiceras
Species            : Aegiceras corniculatum

3. Bruguiera gymnorrhiza
B. gymnorrhiza merupakan pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut. Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Daunnya merupakan daun sederhana dan letaknya berlawanan. Bentuk daun elips sampai elips-lanset dengan ujung daun meruncing. Ukuran daun sekitar 4,5-7 x 8,5-22 cm. Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak bunga di ketiak daun, menggantung. Formasi mirip soliter dengan daun mahkota antara 10-14; putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak bunga sekitar 10-14; warna merah muda hingga merah; panjang 30-50. Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan. Ukuran hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm (Anonim, 2009).
 







    Gambar 5. Bunga B. gymnorrhiza        Gambar 6. Duduk Daun B. gymnorrhiza
B. gymnorrhiza merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substratnya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang (Anonim, 2009).
Regenerasi B. gymnorrhiza seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan. Penyebaran B. gymnorrhiza dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis. Bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Bruguiera gymnorrizha menurut Anonim, 2009 :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Myrtales
Famili              : Rhizophoraceae
Genus              : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrizha

4. Ceriops tagal
Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil. Daun hijau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk dun bulat telur terbalik-elips dengan ujung membundar. Ukuran daunnya sekitar 1-10 x 2-3,5 cm. Bunga mengelompok di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabang yang lebih tua. Terletak di ketiak daun dengan formasi kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun mahkota 5; putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak bunga 5; warna hijau, panjang 4-5mm, tabung 2mm. Tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya yang tumpul (Anonim, 2009).
 





       Gambar 7. Propagule C. tagal                 Gambar 8. Daun dan Bunga C. tagal
Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran hipokotil: panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm. Membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/atau pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Selain itu juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan dengan C. decandra. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Penyebarannya dari Mozambik hingga Pasifik Barat, termasuk Australia Utara, Malaysia dan Indonesia. Ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk persalinan. Tanin dihasilkan dari kulit kayu. Pewarna dihasilkan dari kulit kayu dan kayu. Kayu bermanfaat untuk bahan bangunan, bantalan rel kereta api, dan pegangan perkakas, karena ketahanannya jika direndam dalam air garam. Bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat diantara jenis-jenis mangrove (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Ceriops Tagal menurut Robinson, 2008 :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Malpighiales
Family             : Rhizophoraceae
Genus              : Ceriops
Species            : Ceriops Tagal Robinson
5. Rhizophora apiculata
Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun elips menyempit dengan ujung meruncing. Ukuran daun 7-19 x 3,5-8 cm (Anonim, 2009).
Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran <14 mm. Letak bunga di ketiak daun dengan formasi kelompok (2 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak bunga: 4; kuning kecoklatan, melengkung. Benang sari: 11-12; tak bertangkai. Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika sudah matang. Ukuran hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm. Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen (Anonim, 2009).
 











Gambar 9. Daun, Bunga, Buah serta Propagule R. apiculata
Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun. Penyebarannya ada di Sri Lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Australia Tropis dan Kepulauan Pasifik. Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (persen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Rhizophora apiculata menurut Anonim a, 2009 :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Malpighiales
Family             : Rhizophoraceae
Genus              : Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
6. Rhizophora mucronata
Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari percabangan bagian bawah. Daun berkulit dan gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun elips melebar hingga bulat memanjang dengan ujung meruncing. Ukuran daun 11-23 x 5-13 cm. Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm, terletak di ketiak daun. Formasinya kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; putih, ada rambut. 9 mm. Kelopak bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak bertangkai (Anonim, 2009).
Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijau kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm. Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus (Anonim, 2009).


         Gambar 10. Rizhophora mucronata
R. mucronata merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka. Penyebarannya di Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii. Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak untuk melindungi pematang (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi R. mucronata menurut Anonim a, 2009 :
Kingdom         : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Ordo                : Malpighiales
Family             : Rhizophoraceae
Genus              : Rhizophora
Spesies : Rizhophora mucronata
7. Derris trifoliata
Tumbuhan pemanjat/perambat berkayu, panjang 15 m atau lebih. Kulit kayu coklat tua, halus dengan lentisel merah muda. Batang yang lebih muda berwarna merah tua, memiliki banyak lentisel. Memiliki 3-7 pinak daun, permukaan atas berwarna hijau mengkilat dan bagian bawah abu-abu-hijau. Daunnya majemuk dan terletak bersilangan. Bentuk daun bulat telur atau elips dengan ujung meruncing. Ukuran daun 6-13 x 2-6 cm. Bunganya termasuk bunga biseksual, tandan bunga panjangnya 7-20 cm dan gagang bunga panjangnya 2 mm. Letaknya di ketiak batang yang tumbuh horizontal sepanjang permukaan tanah dengan formasi bulir. Daun mahkota berwarna ungu agak putih-merah muda pucat, panjangnya sekitar 1 cm. Benangsari bagian atas tumbuh sendiri, sementara 9 lainnya bersatu (Anonim, 2009).








Gambar 11. Derris trifoliata
Buah D. trifoliata berbentuk polong berkulit, bulat memanjang atau hampir bundar, tipis/pipih, bergerombol. Satu atau dua biji berkeriput, hampir bundar, hijau-perunggu ketika kering. Ukuran: buah 2-4,5 x 2,5-3,5 cm; biji 12 x 11 mm. Tumbuh pada substrat berpasir dan berlumpur pada bagian tepi daratan dari habitat mangrove. Menyukai areal yang mendapat pasokan air tawar, tergenang secara tidak teratur oleh air pasang surut. Bunga muncul pada bulan September – November, sementara buah pada bulan November sampai Desember (di Australia). Biji dan polong teradaptasi dengan penyebaran melalui air. Mereka mungkin juga disebarkan melalui angin. Penyebaran melalui Asia Tenggara, Indonesia, Australia, Cina hingga India dan Afrika. Penggunaan jenis ini untuk meracuni ikan sudah banyak diketahui. Racun ikan yang dijual secara komersial (rotenone) dihasilkan dari akar jenis lain, yaitu Derris elliptica. Batangnya sangat tahan lama dan dapat digunakan sebagai tali (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Derris trifoliata menurut Anonim, 2009:
Kingdom         : Plantae
Subkingdom    : Tracheobionta
Superdivision  : Spermatophyta
Division           : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Subclass          : Rosidae
Order               : Fabales
Family             : Fabaceae
Genus              : Derris

8. Finlaysonia maritima
Tumbuhan pemanjat/perambat berkayu, mengandung getah berwarna putih. Tebal berdaging, warna hijau cerah. Daunnya sederhana dan terletak berlawanan. Bentuk daun elips hingga bulat telur terbalik dengan ujung membundar. Ukuran daun sekitar 8-13 x 3,5-5 cm. Bunga berwarna putih dan merah muda, panjangnya sekitar 0,7 – 1,0 cm. Bentuk seperti kapsul atau seperti kantung perut ayam. Buah berpasangan, waktu masih muda berwarna hijau tapi jika sudah matang warnanya kemerahan. Ukuran buah 7-8 x 2,5-3,5 cm. Dijumpai pada kawasan mangrove yang terbuka, kadang-kadang dijumpai lebih ke arah pantai. Diduga penyebarannya terdapat di seluruh Indonesia (Anonim, 2009).
 




















Gambar 12. Finlaysonia maritima

Berikut adalah klasifikasi Finlaysonia maritima menurut www.wikipedia.com :
Kingdom         : Plantae  
Phylum            : Magnoliophyta
Class                : Magnoliopsida
Subclass          : Lamiidae  
Order               : Gentianales  
Family             : Asclepiadaceae
Genus              : Finlaysonia
Species            : Finlaysonia maritima


9. Nypa fruticans
Palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun. Batang terdapat di bawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m. Seperti susunan daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4 - 9 m. Terdapat 100 - 120 pinak daun pada setiap tandan daun, berwarna hijau mengkilat di permukaan atas dan berserbuk di bagian bawah. Bentuk daun lanset dan ujungnya meruncing. Ukuran daun 60-130 x 5-8 cm. Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya. Buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran diameter kepala buah: sampai 45 cm. Diameter biji 4-5 cm. Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok (Anonim, 2009).
 









Gambar 13. Nypa fruticans
Nypa fruticans memiliki sistem perakaran yang rapat dan kuat yang tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masukan air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya. Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila. Buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran mereka melalui air. Kadang-kadang bersifat vivipar. Penyebarannya di Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guinea, Filipina, Australia dan Pasifik Barat. Sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan lebih baik dibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat (Anonim, 2009).
Berikut adalah klasifikasi Nypa fruticans menurut Anonim, 2009:
 Kingdom        : Plantae
Division           : Magnoliophyta
Class                : Liliopsida
Ordo                : Arecales
Family             : Arecaceae
Genus              : Nypa
Spesies : Nypa fruticans

Tabel 2. Jumlah individu tiap spesies mangrove yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Spesies
Semai (1x1) m
Pancang
(5x5) m
Pohon (10x10) m
a
b
c
a
b
c
a
b
c
Derris trifoliata
5


6





Aegiceras corniculatum
4
3

5
2
2



Bruguierra gymnorhiza



3





Rhizopora apiculata



4
5
1



Rhizophora mucronata




7
5



Nypa fruticans




3
7

2
5
Ceriops tagal




2




Finlaysonia maritima




1




Achantus ebracteatus





4




(pembahasan ........)




B. Crustacea
Tabel 3. Spesies Crustacea yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
Spesies
Gonoplacidae
Metaplax elegans
Grapsidae
Neoepisesarma versicolor
Ocipodidae
Bellator minima

Deskripsi tiap spesies, meliputi :
1.      Metaplax elegans (deskripsi+morfo=arisman)
                  
Gambar 14. Metaplax elegans
Berikut adalah klasifikasi Metaplax elegans menurut Anonim, 2009 :
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Arthropoda
Class                : Malacostraca
Order               : Decapoda
Family             : Gonoplacidae
Genus              : Metaplax
Spesies : Metaplax elegans de Man 1888

2.      Neoepisesarma versicolor (morpologi)
Neoepisesarma versicolor merupakan salah satu jenis kepiting bakau yang dapat ditemukan di hutan mangrove di kawasan Indo West Pacific (IWP) regions, yang terbentang dari wilayah Philipina, Papua Nugini, Indonesia, Malaysia, Thailand, sampai India dan juga Oceania. Neoepisesarma versicolor biasa memakan daun tumbuhan mangrove, seperti Rhizophora apiculata, baik ydaun yang masih muda maupun yang sudah tua.
Gambar. Neoepisesarma versicolor
Berikut adalah klasifikasi N. versicolor menurut Anonim, 2009 :
Phylum            : Arthropoda
Subphylum      : Mandibulata  
Class                : Malacostraca
Order               : Decapoda  
Suborder         : Pleocyemata
Family             : Grapsidae  
Genus              : Neoepisesarma
Spesies : Neoepisesarma versicolor
3.      Bellator minima
Tubuh Uca bellator minima bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh, yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut). Ciri lain dari Uca bellator minima adalah adanya kutikula keras yang membentuk rangka luar (eksoskeleton). Eksoskeleton tersusun dari kitin yang di sekresikan oleh sel kulit. Eksoskeleton melekat pada kulit membentuk perlindungan tubuh yang kuat. Eksoskeleton terdiri dari lempengan-lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang fleksibel dan lunak. Eksoskeleton tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh. Oleh karena itu, tahap pertumbuhan Arthropoda selalu diikuti dengan pengelupasan eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton baru. Tahap pelepasan eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis.
Sistem saraf Uca bellator minima berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Sistem pencernaan Uca bellator minima  terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Uca bellator minima bernapas dengan insang dan sistem sirkulasi Uca bellator minima bersifat terbuka. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh.
Gambar. Uca bellator minima
Berikut adalah klasifikasi Uca bellator minima menurut Anonim, 2009 :
Kingdom               : Animalia
 Phylum                  : Arthropoda 
Subphylum             : Crustacea 
Class                      : Malacostraca 
Subclass                 : Eumalacostraca
Superordo              : Eucarida 
Ordo                      : Decapoda 
Subordo                 : Pleocyemata 
Superfamily           : Ocypodoidea 
Family                    : Ocypodidae 
Subfamil                : Ucinae 
Genus                     : Uca 
Species                   : Uca bellator minima


C. Molusca
Tabel 4. Spesies Molusca yang ditemukan oleh kelompok III di Segara Anakan, Cilacap
Familia
Spesies
Potamididae
Telescopium telescopium

Nerita plicata

Polimices mamilla
Potamididae
Cerithidea quadrata
Trochidae
Umbonium costatum
Capulidae
Trichotropis borealis
Rissoidae
Alvania semistriata

1.       Telescopium telescopium (klasifikasi=morfologi)
Keong atau molusca Telescopium telescopium merupakan salah satu dari suku potamididae yang merajai komunitas mangrove dan tersebar luas di daerah indo-Pasifik. Penyebaran T. telescopium dihutan mangrove selain ditentukan oleh preferensi habitat,juga dipengaruhi oleh perilaku keong tersebut. spesies ini sangat berperan dalam ekologis dalam jarring-jaring makanan di daerah mangrove. Kerusakan hutan mangrove akan sangat berpengaruh terhadap jenis tersebut. masyarakat Indonesia memanfaatkan keong tersebut untuk dikonsumsi. Kemudian mempunyai penyebarab yang sangat sempit, jenis ini ditemui mengelompok di daerah paparan Lumpur cair pada bagian yang terbukadengan frekuensi dan kelimpahan yang rendah. Cara untuk berlindung di daerah yang ekstrim dengan membenamkan diri kelumpur dan menutup rapat operkulanya. Ketika membenamkan diri posisinya tidak aktif dengan posisi semi vertical di bawah permukaan. Perilaku ini dipengaruhi oleh dinamika pasang surut aktifitas berkopulasi selama air dalam keadaan surut. Kemudian aktifitas lebih dipengaruhi oleh factor-faktor linkungan dari pada oleh factor endogenous (Budiman, 1986).
Gambar. Telescopium telescopium

2.       Nerita plicata




3.       Alvania semistriata
Gambar . Alvania semistriata
Kingdom         : Animalia 
Phylum            : Mollusca
Class                : Gastropoda
Order               : Neotaenioglossa 
Family             : Rissoidae
Genus              : Alvania
Species            : Alvania semistriata

4.       Cerithidea quadrata

5.       Umbonium costatum

Gambar. Umbonium costatum
Berikut ini merupakan klasifikasi Umbonium costatum Link, 1807 dalam Anonim, 2009 adalah :
Kingdom   : Animalia
Filum         : Mollusca
Kelas         : Gastropoda
Family       : Trochidae
Subfamily  : Umboniinae
Genus        : Umbonium
Spesies      :
Umbonium costatum
6.       Trichotropis borealis
Anggota Keluarga Trichotropidae memiliki bergelung, mengangkat puncak menara, banyak periostracum adalah dalam bentuk rambut atau bulu, dan tidak memiliki takik atau kanal siphonal (meskipun ujung anterior apertur adalah siku untuk membentuk pembukaan spoutlike) ( foto). Trichotropis cancellata memiliki 6-7 whorls, sebuah lubang kurang dari setengah tinggi shell, dan diameter sekitar 2 / 3 shell ketinggian. Shell telah baik kecil diucapkan membujur dan 4-5 spiral pegunungan. The periostracum adalah cokelat muda. Length menjadi sekitar 4,2 cm.
Gambar  . Trichotropis borealis

Jenis ini adalah penyaring pengumpan. It perangkap partikel mikroskopis pada lendir, yang kemudian menelan. Karena makanannya berasal dari partikel ditangguhkan ia tidak memerlukan untuk bergerak banyak. Ini gunung batu atau benda lain dari lumpur dan tinggal di sana untuk waktu yang lama. Deep-air individu sering memiliki bekicot parasit putih kecil di sebelah Odostomia Columbiana aperture. Odostomia menggunakan nya eversible tubuh belalai untuk menghisap cairan dari Trichotropis. Trichotropis juga sering memiliki ascidians, hydroids, diatom, spons , kerang, atau binatang sessile lain tumbuh di atasnya. spesies ini adalah protandric hermaprodit.
Berikut ini klasifikasi menurut dalam Anonim 2009 :
Kingdom   : Animalia 
Phylum      : Mollusca 
Class          : Gastropoda Cuvier, 1797
Order         : Neotaenioglossa                 
Family       : Capulidae Fleming, 1822            
Genus        : Trichotropis Broderip and G. B. Sowerby I, 1829              
Species      : Trichotropis migrans Dall, 1881

7.       Polimices mamilla













DAFTAR REFERENSI

Anonim. 2009.  Acanthus ebracteatus, Achantaceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=1. Diakses pada tanggal 23 Desember 2009.
              . 2009. Aegiceras corniculatum, Myrsinaceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=6. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophoraceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=18. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Ceriops tagal, Rhizophoraceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=25.  Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Derris trifoliata, Leguminosae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=53.  Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Ekosistem Mangrove Milik Umat Manusia, Bukan Hanya Penduduk Sebuah Kabupaten. http://www.angelfire.com/id/EKA/artikel/kasussa.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Finlaysonia maritima, Asclepiadaceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=54.  Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Nypa fruticans, Arecaceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=33. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Rhizophora apiculata, Rhizophoraceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=36. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
              . 2009. Rhizophora mucronata, Rhizophoraceae. http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=37. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.
Sumarwoto. 2009. Menggali Potensi Wisata Segara Anakan. http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=14570. Diakses pada tanggal 24 Desember 2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar