Senin, 18 Agustus 2014

Yang Utama Lihatlah dari Agamanya

Jumat pagi itu, tanggal berapa tepatnya aku lupa. Aku bersama Alif dan Mba Arsy dikumpulkan di ruang tengah oleh "Bapak dan Ibu" untuk mendengarkan kajian ringan. Tapi Bapak lebih memilih menyebut sharing pengalaman. Melihat anak-anaknya sudah tumbuh dewasa mungkin sudah saatnya Bapak menularkan pengalamannya puluhan tahun yang lalu.
Ya, tema untuk pagi itu mengenai kriteria mencari pasangan, pendamping hidup tepatnya. Satu per satu dari kami ditanya siapa yang sudah memiliki gambaran calon. Ternyata hasilnya nihil, haha. Menurut Bapak, Islam memang melarang istilah pacaran. Tapi mencari pancangan itu perlu. Tidak harus melalui proses ta'aruf seperti yang kebanyakan orang pikirkan. Ta'aruf disini adalah proses untuk mengenal pribadi calon pasangan dan keluarganya. Ibu menambahkan, Islam itu tidak kaku, jadilah orang yang moderat, mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan esensi utama dari proses ta'aruf itu.
Seperti Bapak, beliau sudah mendambakan Ibu sejak duduk di bangku SMA, tapi selama itu yang dilakukan Bapak mulai mengakrabkan diri dengan keluarga Ibu. Mencari tahu sebanyak-banyaknya calon istri dan keluarganya. Walau pisah kuliah antara Jogja dan Jambi, toh kalau jodoh pasti bertemu, seperti lagu Afgan, hehehe.
Pesan Bapak waktu itu, dalam mencari pasangan hidup, yang pertama lihatlah kualitas agamanya. Kalau agamanya baik, Insya Allah yang lain akan baik pula. Laki-laki yang sholeh juga akan menuntun kita ke arah yang lebih baik di dunia dan akhirat. Banyak teman Bapak yang dulunya kaya, tiba-tiba jatuh miskin dan kebanyakan dari mereka mengalami keterpurukan karena tak siap kehilangan harta mereka yang sementara itu. Hiduplah sewajarnya, karena harta yang kita miliki hanya titipan saja. Jangan lupa sisihkan rezeki kita untuk mereka yang membutuhkan. Biarlah kita hidup sederhana, sehingga jika suatu saat kita mengalami masa-masa tersulit dalam hidup, kita tidak mengalami depresi.
Kriteria kedua dalam mencari pasangan adalah carilah laki-laki yang berpotensi kaya. jangan mencari laki-laki yang saat ini sudah kaya, karena kemungkinan kepunyaannya itu adalah milik orang tuanya. Laki-laki yang berpotensi kaya itu memiliki visi hidup yang jelas. Tak apa calon suami minus dari segi fisik, toh kalau punya materi lebih, bisa disisihkan untuk merawat tubuh.
 Kemudian carilah pasanga hidup yang berasal dari keluarga dan lingkungan yang baik. Memang sulit untuk menemukan orang yang sesuai dengan keempat kriteria itu, tapi yang terpenting dan yang pertama dilihat adalah dari segi agamanya. Begitu pesan Bapak. 
Doakan agar aku bisa mendapat pasangan hidup seperti pesan Bapak itu. Ridlallahi fii ridlal walidaini.. Sesungguhnya ridla Allah terletak pada ridla orang tua. Aamiin.. 

Sabtu, 02 Agustus 2014

salahkah aku jika berbeda dengan mereka?

sebenarnya sekarang ini di dimensi yang manakah aku tinggal?
aku pun tak bisa menjawabnya. yang jelas aku hidup di antara  segelintir (atau malah sebagian) orang yang menganggap aku ini perempuan aneh hanya karena mereka tak pernah melihat aku dekat dengan lawan jenis dalam waktu yang lama.
aku ini perempuan normal, tidak mengalami disorientasi seksual atau pun tidak memiliki cinta. aku masih menyukai laki-laki. aku juga memiliki cinta, karena aku masih punya hati.
aku hanya ingin cintaku ini jatuh pada orang dan saat yang tepat. 



Cobaan hati sungguh berliku
Terjatuh dan terjatuh lagi
Bukan dunia jikalau tak begitu
Ujian mengokohkan diri
Jangan berikan cinta sepenuh jiwa
Karena pasti kan terluka
Tak ada yang sempurna di dunia
Terima segalanya dengan lapang dada
Harapan tak selamanya terwujud
Tapi dengan harapan buat manusia hidup
Selama ada harapan..
Selama itu pula masih ada cinta